KONEKSI ANTAR MATERI
MODUL 1.4
“SEGITIGA RESTITUSI”
Oleh:
Robiatul
Ilmiyah, S.Pd.
Calon
Guru penggerak Angkatan 5
Kabupaten
Pekalongan
Salam
dan Bahagia.
“Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam
hidup tumbuhnya anak-anak; menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”
(Ki Hajar Dewantara)
Pemikiran Ki Hajar dewantara tentang pendidikan yaitu melingkupi
kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk”
lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi”
dan irama”. Kedua kodrat ini berkaitan dengan nilai-nilai dan sifat-sifat
kemanusiaan murid. Bila melihat kodrat zaman saat ini, pendidikan global
mengharuskan manusia (murid) untuk bisa memiliki ketrampilan abad 21. Ki Hajar
Dewantara menenkankan kepada kita untuk mendidik anak sesuai dengan kodratnya
sekarang. Bukan lagi menyamakan dengan kodrat zaman pada waktu kita kecil dulu.
Konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat menginspirasi dan menambah wawasan
pengetahuan dan semangat saya untuk meninggalkan paradigma lama dalam mengajar.
Sebagai seorang guru saya harus bisa mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara
yaitu menerapkan merdeka belajar untuk murid-murid saya. Kemerdekaan belajar
untuk bisa memberikan rasa senyaman mungkin dengan rasa bahagia tanpa ada
tekanan. Memberikan pendidikan yang berpusat pada murid yang dapat membantu
tumbuh kembang murid sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Sebagai
seorang calon guru penggerak saya dituntut untuk memiliki peran yang mampu
membawa murid-murid saya untuk bisa memnjadi manusia atau insan yang sesuai
degan profil pelajar pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa, mandiri, kreatif,
inovatif, berkebhinekaan global dan gotong royong.
Sejauh
ini dalam memberikan pendidikan kepada murid saya masih sering menggunakan
hukuman sebagai langkah untuk mendisiplinkan anak. Akan tetapi setelah saya
mengikuti PGP ini dan belajar modul 1.4 tentang segitiga restitusi saya merasa
malu terhadap diri saya sendiri. Saya menjadi tersadarkan bahwa hukuman bukanlah
satu hal yang ampuh untuk menjadikan murid kita disiplin. Mereka justru merasa
takut jika melakukan kesalahan dari peraturan yang dibuat secara sepihak oleh
instansi atau sekolah. Ha ini mampu menimbulkan tekanan kepada murid-murid
sehingga konsep merdeka belajar belum begitu mengena pada anak. Melalui
segitiga restitusi saya belajar, bahawa kedispinan bisa tercipta melalui
kesepakatan/keyakinan kelas yang dibuat bersama-sama dengan seluruh warga
kelas/sekolah. Dimana ha ini tentu melibatkan murid sebagai pusat dari
proses pembelajaran sesuai filosofi Ki Hajar
Dewantara. Kesepakatan/keyakinan yang telah dibuat akan membawa murid pada konsep
merdeka belajar, dimana jika ditengah perjalanan mereka melanggar
kesepakatan/keyakinan tadi maka bukan lagi hukuman yang akan mereka dapat
melainkan restitusi.
Restitusi adalah sebuah proses
menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat
(Gossen; 2004)
Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan
menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal
tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan
mendapatkan kembali harga dirinya.
Ada 5 program disiplin positif ( posisi
control restitusi ) yang berpusat pada murid yang dikembangkan oleh
Gossen, yaitu
1.
Penghukum,
2.
Pemberi
rasa bersalah
3.
Teman
4.
Pemantau
5.
Manager
Kesimpulannya, saya selaku guru harus
mampu mengamalkan filosofi Ki hajar
Dewantara, menjalankaan peran
sebagai guru penggerak yang memiliki nilai-nilai baik kemandirian, kolaboratif,
berpihak pada murid, maupun inovatif sehingga apa yang menjadi visi sekolah bisa terwujud. Di dalam
visi sekolah ada harapan agar budaya
positif tampak nyata diimplementasikan bersama warga sekolah.
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti
yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori
kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi
kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga
restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Hal menarik dan di luar dugaan setelah saya mempelajari
modul 1.4 ini adalah bahwa ternyata untuk bisa menciptakan disiplin positif itu
sebenarnya mudah. Tanpa harus menyuruh-nyuruh anak dan tanpa marah kepada anak
itu bisa dilakukan dengan mudah yaitu diawali dari diri kita sendiri dulu. Sebenarnya
bukan sulit, hanya kitanya saja yang malas untuk bergerak dan tidak tersadarkan
lebih cepat. Dan saya pun malu dengan diri saya senidiri, karena saya
menginginkan murid-murid saya itu tertib, disiplin, tetapi saya sendiri
terkadang masih belum disiplin, meskipun saya faham tentang filosofi pak Ki
Hajar Dewantara “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso”
- Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda
dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah
mempelajari modul ini?
Perubahan yang terjadi tentang cara
berfikir saya dalam menciptakan budaya positif adalah
-
Saya
akan mengevaluasi/merefleksikan diri saya sendiri mengenai budaya positif yang saya terapkan
selama ini
-
Tidak
lagi menerapkan hukuman sebagai sarana untuk mendisiplinkan murid, melainkan
dengan menggunakan segitiga restitusi mengembalikan mereka pada
kesepakatan/keyakinan kelas/sekolah
-
Menerapkan
posisi control manager ketika ada murid yang melakukan kesalahan baik di kelas
maupun sekolah
3. Pengalaman seperti apakah yang
pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya
Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Salah satu pengalaman saya adalah
ketika ada salah satu murid saya yang merasa enjoy dikelas mengikuti pelajaran
dengan posisi sepatu dan dasi dilepas. Pada kasus ini saya tidak memberikan
hukuman tetapi saya memposisikan diri sebagai pemantau yaitu bertanya apakah
dia masih ingat dengan kesepakatan yang sudah dibuat dan harus ditaati selama
belajar di kelas. Saya juga menanyakan alasan kenapa ia melepas sepatu dan dasi
di dalam kelas dan menanyakan rencana apa yang akan ia lakukan untuk melakukan
perubahan diri.
- Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal
tersebut?
Ketika saya dihadapkan dengan kejadian
tersebut saya bingung, apakah saya akan memberikan hukuman, konsekuensi atau
restitusi. Kemudian saya mengingat modul 1.4. dan saya mencoba untuk melakukan
restitusi dengan posisi sebagai pemantau kepada murid saya tersebut.
- Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan
konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu
diperbaiki?
Hal baik : memberikan motivasi dan
semangat untuk lebih tertib lagi.
Hal yang perlu diperbaiki : sikap sebagai guru dalam posisi
control yang benar
Menerapkan pemahaman segitiga restitusi
secara utuh dalam penyelesaian masalah.
6. Sebelum
mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi
kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan
Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda
pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Posisi yang sering saya pakai adalah
penghukum, pembuat merasa bersalah dan teman. Perasaan saya saat itu merasa
benar dan sudah tepat dengan memberikan hukuman, perasaan bersalah atau juga
teman ketika ada murid yang bersalah. Dengan memberikan hukuman atau perasaan
bersalah saya berfikir bahwa saya telah berhasil membuat mereka merasa takut
sehingga mereka tidak menegulangi kesalahnya kembali.
Setelah saya mempelajari modul ini saya
menerapkan posisi manager dan saya merasa saya telah menerapkan pembelajarn
yang merdeka dengan tidak memberikan tekanan kepada murid melainkan dengan
mengajaknya mengingat kesepakatan maupun keyakinan yang sudah dibuat
bersama-samama.
7. Sebelum
mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika
menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan
dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Sebelum saya mempelajari modul ini
saya pernah menerapkan segitiga restitusi yaitu ketika ada dua murid saya yang
tiba-tiba ribut di kelas pada saat jam pelajarn berlangsung. Disitu saya
berusaha menstabilkan identitas dan menanyakan alasan mereka berbuat demikian
dan menanyakan kesepakatan kelas.
- Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini,
adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam
proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
hal-hal lain yang menurut saya
penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di
lingkungan kelas maupun sekolah adalah bagaimana cara menumbuhkan kesadaran
pada masing-masing individu sehingga dari yang sebelumnya pernah melakukan
kesalahan, menjadi benar-benar tidak mengulangi kesalahannya.
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA
JUDUL : MEMBUAT KEYAKINAN SEKOLAH
NAMA
PESERTA : ROBIATUL ILMIYAH, S.Pd.
v LATAR BELAKANG
Salah
satu bagian dari budaya positif adalah keyakinan sekolah. Keyakinan sekolah
merupakan nilai kebajikan universal yang dibuat dan dijalankan bersama sebagai
wujud kesepakatan bersama atas tujuan bersama. Keyakinan sekolah merupakan hal
baik yang akan mampu menciptakan budaya positif yang hidup dan berada di
lingkungan sekolah.
v TUJUAN
-
Memberikan pengalaman kepada seluruh
warga sekolah untuk terlibat secara langsung dalam membentuk budaya positif di
sekolah melalui keyakinan sekolah.
-
Memberikan wadah kepada murid untuk
mengungkapkan keinginan dan perasaan dalam proses pembelajaran sehingga
tercipta pembelajaran yang berpihak kepada murid.
-
Menciptakan murid sebagai pribadi yang
mandiri, bertanggung jawab, disiplin dan berkarakter melalui budaya positif “keyakinan
sekolah”
v TOLOK UKUR
-
Terciptanya suasana demokratis dalam
pembuatan keyakinan sekolah
-
Terakomodasinya gagasan, perasaan, dan
harapan murid sebagai profil pelajar pancasila
-
Terwujudnya keyakinan sekolah yang
disepakati bersama antara murid dan guru
v LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN
DILAKUKAN
-
Mengsosialisasikan tentang rancangan
aksi nyata kepada kepala sekolah dan rekan sejawat
-
Menyusun kesepakatan sekolah bersama
siswa
-
Melaksanakan kesepakatan sekolah dalam
kehidupan sehari-hari
-
Melakukan refleksi dan evaluasi
keseluruhan
v DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN
-
Dukungan moral maupun spiritual baik dari
kepala sekolah maupun rekan sejawat
-
Komitmen siswa untuk konsisten
melaksanakan keyakinan sekolah demi terwujudnya budaya positif.
Sekian dan terima kasih
Salam sehat dan bahagia
Salam guru penggerak!!!