Selasa, 28 Februari 2023

Novel Februari Ceria hari Ke-28 "Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

 

PENGUMUMAN SELEKSI TAHAP II

Desis angin malam itu terasa dingin seolah menusuk tulang masuk menembus melalui lubang jendela rumah Sovia. Sepertinya hujan akan segera turun. Waktu terus berlalu hingga pengumuman seleksi CGP tahap II pun telah tiba. Sovia yang sama sekali tidak tahu mengenai jadwal seleksi CGP, ia tak begitu menunggu atau bertanya-tanya kapan waktu itu kan tiba. Ya, sovia tak ingin dirinya sibuk dan larut dalam masa penantian. Masa-masa sebelum pengumuman seleksi CGP Sovia tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa. Siang itu Sovia baru saja pulang dari rutinitasnya mengajar. Diraihnya handphone miliknya yang tergeletak di atas meja. Sovia yang saat itu hendak melakukan rehat istirahat tidur siang, tiba-tiba jemarinya tak bisa diam melihat handphone yang sedari tadi bergetar terus. Rupanya ada obrolan panjang dari grup whatsap CGP Angkatan 5 Jateng. Nampaknya pengumuman seleksi tahap II telah keluar.  Sovia pun membuka isi file itu. Lembar demi lembar isi file ia buka. Saat merasa lelah karena ada banyak lembar di dalam file, Sovia pun menggerakkan jemarinya dengan pelan dan matanya mulai mengantuk. Namun tiba-tiba mata Sovia terbuka lebar saat matanya melihat ada nama rekannya Bu Atik yang tertulis disana. Dan tepat dibawah nama Bu Atik ada nama Sovia dalam pengumuman tersebut.

“Ini maksudnya bagaimana ya? Aku lolos seleksi? Apakah ini benar namaku? Ini pengumuman satu provinsi. Program dari pemerintah, yang mendaftar orang satu Indonesia. Ini benar namaku bukan si?? Tapi lihat instansinya iya bener. Ada Bu Atik juga. Sebentar…” Otak Sovia penuh dengan banyak pertanyaan, seolah dirinya belum percaya kalau ada nama dirinya tercantum dalam pengumuman tersebut

Suami Sovia yang saat itu baru saja masuk rumah usai pulang dari bekerja, langusung menghampiri istrinya yang tampak sedang sedikit aneh dengan sikapnya.

“Bunda kenapa bund?” Tanya suami Sovia penuh heran.

“Yah, ini benar aku lolos seleksi tahap II tidak sih yah? Aku guru kampung, guru honor pula, belum PNS yah. Ini bener nggak si yah?” Tanya Sovia sambil menunjukkan handphone pada suaminya.

Suami Sovia seketika terdiam mencoba mencermati apa yang tengah dilihatnya.

“Bund, ini bunda lolos tahap II bund. Berarti setelah ini bunda langsung pendidikan enam bulan bund? Tutur suami Sovia.

“Serius yah? Enam bulan daring yah???”

“Nanti butuh internet bnyak bund, apa mau pasang wifi saja bund?”

“Ayah kenapa niat banget yah. Aku ko biasa saja yah”

“Hhaahaa”

Suami Sovia memeluk istrinya itu seraya mengucap selamat meski ada rasa sedikit khawatir, jika istrinya lolos seleksi tahap II artinya Sovia harus mengikuti pendidikan calon guru penggerak selama enam bulan. Dan perhatian dirinya juga anaknya akan terbagi dengan enam bulan pendidikan itu.   

***

Senin, 27 Februari 2023

Novel Februari Ceria hari Ke-27 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 

CERITA PAK ALIF

Sore itu usai Sovia mengajar di TPQ tempat ia bekerja.  Cuaca cukup mendung seolah langit kan turun hujan. Tiba-tiba handphone Sovia berdering, rupanya Pak Alif, rekan Sovia yang juga tengah mengikuti seleksi calon guru penggerak. Pak Alif yang saat itu menelfon mengajak berbagi cerita tentang pengalaman Sovia dalam melaksanakan wawancara yang telah selesai ia ikuti tempo hari. Pak Alif pun menceritakan seputar pengalamannya saat melakukan simulasi mengajar minggu lalu. Diceritakannya oleh Pak Alif, bahwa ketika ia melakukan simulasi, ia memilih ruang labolatorium komputer di sekolahnya yang sinyal jaringan internetnya kuat. Tetapi saat itu hujan turun lebat sedari pagi. Berutungnya listrik tidak padam. Hanya saja jaringannya menjadi kurang stabil karena faktor cuaca. Bersyukurnya pak Alif adalah bisa melaksanakan simulasi mengajar sampai selesai.

Tak lama setelah Pak Alif menelfon Sovia, Soviapun kembali pulang karena jam mengajar telah selesai. Sesampainya di rumah Sovia merasa bahagia, karena suami dan anaknya telah menunggu di teras rumahnya.

“Bunda, ayo jalan-jalan” tutur anak Sovia.

“Kemana sayang. Ini ayah atau kamu yang minta jalan-jalan” Tanya Sovia meledek anaknya itu.

“Ko ayah sih. Aku bunda” jawab anak Sovia protes.

“Siap bos kecil”

Soviapun bergegas masuk rumah dan bersiap-siap hendak keluar jalan-jalan menuruti keinginan anaknya.  

Bersambung ...

Novel Februari Ceria hari Ke-26 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 Lanjutan ....

Kepala sekolah yang saat itu telah mengetahui Sovia telah selesai melaksankan seleksi wawancara, lantas mengutus Sovia untuk segera berangkat mengikuti rapat technikal meeting pesta siaga. Sovia yang saat itu telah menyadari bahwa rapat telah dimulai sejak lima belas menit yang lalu, bergegas pergi menuju lokasi rapat. Ia berusaha untuk menjadi guru profesional meski batinnya masih belum lepas usai wawancara tadi.

Setibanya di lokasi rapat, Sovia bersalaman dengan beberapa guru yang hadir dalam rapat tersebut.

“Bu Sovia ko Tanya terasa dingin. Apa kurang sehat? Tapi aura wajahnya seger. Apakah Bu Sovia baik-baik saja?” Tanya salah satu peserta rapat.

“Alhamdulillah baik Bu.” Jawab Sovia sambil tersenyum.

Sovia mencari tempat duduk dan berusaha mengikuti rapat technical meeting pesta siaga dengan baik. tiba-tiba handphhonenya bordering. Ada telfon dari suami Sovia. Ya, suami Sovia berusaha untuk terus mengupdate perkembangan setiap apa yang baru Sovia laksanakan. Terlebih istrinya yang baru saja menyelesaikan wawancara seleksi calon guru penggerak.

“Assalammu’alaikum bund. Gimana tadi wawncaranya?” Tanya suami Sovia.

“Wa’alaikumsalam ayah, Alhamdulillah. Tapi tanganku masih dingin sampai sekarang yah. Hhhe “

“Loh, sukses apa tidak?” kembali suami Sovia bertanya.

“Ya begitu yah. Kalau jawabnya si alhamdulillah lancar”

“Alhamdulillah, bunda grogi karena ini wawancara. Bunda bertemu langsung meski secara virtual” tegas suami Sovia.

“Iya yah.”

Obrolan keduanya pun selesai, Sovia kembali melanjutkan mendengarkan rapat dengan seksama.

Novel Februari Ceria hari Ke-25 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 Pagi itu Sovia pun telah memilih baju dan kerudung yang bagus dari lemarinya agar penampilannya ketika wawancara terlihat indah dipandang oleh para tim penilai. Pukul -7.30 pun telah tiba. Sovia yang sedari tadi telah siap di depan leptop. Mulai menunggu para penilai hadir di gmeet. Saat dua penilai telah hadir dan menyapa Sovia, Sovia pun membalas sapaan adri penilai itu dengan ramah dan hangat. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan  penilai dan Sovia pun berusaha menjawab sebisanya. Ia tak ingin tampak seperti orang yang gugup. Sovia pun tak lupa, sebelum wawancara ini dimulai, pada saat persiapan Sovia juga telah menempel beberapa jawaban essay yang pernah ia tulis pada tembok tepat di depan ia duduk saat melakukan wawancara. Harapan Sovia agar jawaban yang ia sampaikan tidak berbeda jauh dengan apa yang telah ia tulis di essay.

Percakapan melalui wawancara pun berjalan lancar bahkan terkesan seperti obrolan santai. Meskipun ada beberapa pertanyaan yang tak bisa langsung dicerna oleh Sovia karena bentuk pertanyaan memang cukup panjang sehingga ia harus meminta penilai untuk mengulangi pertanyaan, namun Sovia beruntung telah dipertemukan dengan penilai yang baik padai pagi itu. Mungkin juga karena masih pagi,  baik penilai maupun Sovia tengah bersemangat mengawali hari demi kesuksesan dari segenap rangkaian seleksi CGP sebagai program dari kemendibudristek itu.

Seleksi wawancara pun telah selesai. Sovia berucap syukur dan ia lekas berlari menuju ruang kelas VI dan menemui Bu Atik. Dipeluknya tubuh Bu Atik yang saat itu tengah berdiri di depan kelas.

“Bagaimana bu Sovia wawancaranya? Ko tangannya masih dingin?” tutur Bu Atik pada Sovia

“Hhhuuu…. Bu Atik… Hi ngeri deh” jawab Sovia yang seolah tak bisa berkata-kata lagi saat itu.

“Gimana-gimana. Coba duduk dulu.” Ajak Bu Atik pada Sovia

“Bu, tadi aku ada pertanyaan apakah ibu pernah keluar dari zona nyaman selama menjadi guru? Jawabnya apa itu bu. Aku bingung bu Atik”

“Keluar dari Zona nyaman??? Mungkin yang dimaksud zona nyaman kita sebagai guru Bu. Bisa juga missal hari ini adalah jadwal memakai seragam kheky, zona nyamannya ya memakai baju sesuai aturan. Keluar dari zona nyamannya misal kita memakai baju lain. Tapi itu versi saya. Tadi Bu Sovia bagaimana?”

“Tadi aku jawab pernah Bu. Ku kira saat duku waktu aku ngajar sebelum di sekolah ini aku sudah nyaman, tetapi aku harus pindah karena mau ada seleksi PPPK itu bu. Jadi aku keluar dari zona nyamanku Bu. Hhhaaaa gimana itu Bu Atik”

“Sudah nggak apa-apa, yang penting sudah selesai wawancara. Saya yang belum yang harusnya deg-deg-an Bu Sov. Hhee” jawab Bu Atik menguatkan Sovia pagi itu.

Sovia pun mengangguk mendengar suntikan semangat dari rekannya itu. Ia pasrahkan apa yang akan terjadi kedepannya pada Tuhannya. Sovia kembali menghela nafas panjang guna menetralkan suasana dalam hatinya saat itu. Sovia pun mengucap terima kasih kepada Bu Atik dan bergegas meninggalkan Bu Atik dan menuju ruang guru. 

Novel Februari Ceria hari Ke-24 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 

SIMULASI WAWANCARA

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Hingga semua CGP telah selesai melaksanakan simulasi mengajar dan dilanjutkan dengan menunggu jadwal seleksi wawancara. Sovia yang masih tergolong muda dibandingkan CGP lain dari kecamatannya itu mendapat jadwal wawancara pada kloter pertama dibandingkan teman-teman lainnya. Karena sovia mendapat jadwal pertama dari teman-teman yang lainnya, ia pun merasa bingung dan gugup. Dibukanya materi dari google, youtube dan grup telegram tentang contoh pertanyaan dan jawaban dari wawancara calon guru penggerak. Ya, hanya berbekal media internetlah sovia bisa belajar seputar seleksi calon guru penggerak. Didapatinya beberapa bocoran dari angkatan sebelumnya dan juga dari beberapa CGP dari kota lain yang telah selesai melakukan seleksi wawancara, bahwa soal wawancara tidaklah jauh berbeda dari pertanyaan pada saat pengisian essay. Beruntung dulu pernah ada yang mengingatkan Sovia agar menyalin jawaban essay yang telah ditulis agar disimpan dalam sebuah file di aplikasi microsove word.  Sehingga Sovia bisa belajar dari sana.

Hari jadwal wawancara pun tiba. Tiga puluh menit sebelum wawancara dimulai, ada pesan masuk ke handphone Sovia dari pemantau CGP dengan nama Bu Adisti. Pemantau CGP bertugas untuk mengingatkan CGP agar mempersiapkan diri dan sudah masuk ke link Gmeet yang telah disediakan di dalam SIMPKB lima belas menit sebelum seleksi wawancara dimulai. Ya, semua kegiatan seleksi CGP dilakukan secara daring melalui laman SIMPKB. Seperti pada waktu simulasi mengajar, Sovia pun menyiapkan leptop, roll kabel dan jaringan internet guna mengikuti seleksi wawancara. Sovia mendapat jadwal pada hari kamis pukul 07.30 WIB.

Novel Februari Ceria hari Ke-23 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 

Lanjutan ...

Waktu telah menunjukkan pukul 13.00 WIB siangn itu. Sovia dan beberapa rekan gurunya telah berkemas untuk pulang ke rumah. Untuk Sovia yang saat itu masih menjadi seorang guru honor, pulang jam satu siang adalah hal yang wajar. Saat ditengah perjalanan pulang saat Sovia berhenti disebuah took kelontong, tak sengaja ia bertemu dengan rekan guru yang belum lolos ditahap I CGP. Guru tersebut mengucapkan selamat kepada Sovia dan menanyakan resep agar keterima seperti dirinya. Sovia hanya tersenyum malu mendengar pertanyaan temannya itu. Karena ia tak memiliki resep apa-apa saat pengisian essay kemarin. Baginya menjawab essay kemarin adalah seperti halya menulis curhatan isi hatinya selama ini. ia hanya duduk di depan layar leptop dan jemari tangan terus menekan tombol sesuka hati tanpa membuat coretan di kertas terlebih dahulu.

“Bu Sovia resepnya apa bisa lolos tahap I pengisian essay kemarin Bu? Tanya bu farah pada Sovia.

“Resep apa Bu, saya jawab ngasal Bu. Saya juga heran Bu, kenapa essay saya lolos. Bu Farah yang PNS pasti jauh lebih bisa dari saya Bu. Apakah kemarin punya Bu Farah ada yang belum lengkap Bu” Sovia berbalik Tanya pada Bu Farah.

“Kurang tahu Bu”

“Kalau menurut saya si pengumuman kemarin itu rejeki Bu” tiba-tiba ada suara laki-laki muncul dari arah belakang Sovia. Rupanya Pak Ridwan, dia juga termasuk salah satu guru yang lolos di tahap I pengisian essay.

“Oh iya ya Pak. Hhe” jawab Bu Farah pada pak Ridwan.

Pak Ridwan yang saat itu tengah dititipi istrinya untuk membeli beberapa barang pun melanjutkan untuk memilih-milih barang yang dicarinya. Sovia yang saat itu sedang berdiri menunggu antrian kasir tiba-tiba terdiam dan melihat kearah Bu Farah yang tengah asik memilih barang dan beranya-tanya pada diri sendiri. “Adakah guru honor lain yang joga lolos CGP dari sekolah negeri seperti aku? Hhmm” begitu gumamnya dalam hati.

Kesokan harinya sekolah Sovia kedatangan tamu Pengawas SD. Kehadiran beliau adalah untuk mengecek administrasi guru pada semester itu. Tak lupa pengawas sekolah juga memberikan selamat kepada Bu Ati dan Sovia yang saat itu baru saja mendapat pengumuman lolos CGP tahap I. Tapi entah kenapa  perasaan Sovia saat itu seperti kurang baik. Ia merasa ada yang beda pada hari itu. Sovia sadar bahwa dirinya hanyalah seorang guru honor yang kebetulan saja mengikuti seleksi CGP dan lolos ditahap I. Rupanya dirinya merasa minder dan seperti tak pantas untuk ikut di program kemendikbudristek ini.

“Ah kenapa ada perasaan seperti ini si dalam hati. Niat awal mau belajar tapi ko tiba-tiba begini. Aku sudah terlanjut mendaftar dan lolos tahap I. Ah sudahlah biarlah semua menjadi urusan Tuhan. Tugasku adalah mengikuti alur yang ada. Lakukan yang terbaik dan berikan yang terbaik” Sovia berusaha menenangkan diri sendiri kala itu.  

***

Novel Februari Ceria hari Ke-22 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 Lanjutan ...

Sekitar pukul 10.30 Bu Sinta mengirim pesan kepada Sovia bahwa ia harus sudah mulai masuk di link Gmeet  yang ada di SIMPKB lima belas menit sebelum jadwal simulasi atau pukul 11.00 WIB. Saat tiba pukul 11.00 WIB Sovia dengan ditemani oleh Bu Ati di dalam ruang, telah siap melaksanakan simulasi mengajar CGP. Kehadiran Bu Atik memang sangat diperlukan saat itu. Untuk persiapan siapa tahu terjadi hal yang tidak diinginkan. Namun tetap menjaga jarak agar tidak turut masuk terakam oleh Gmeet.

Simulasi pun dimulai. Sovia menyapa pemantau dan penilai dengan ramah dan senyum. Meski tangannya dingin karena sedikit grogi. Namun ia berusaha tetap tenang dan tidak mau menunjukkan kegrogiannya itu. Saat percakapan singkat diantara Sovia dan Penilai selesai Sovia pun mulai melakukan simulasi. Bu Ati yang sedari tai duduk di depan Sovia memperhatikan dan mengamati Sovia dengan tenang. Bagi Sovia Bu Ati yang ada di depannya diibaratkan para murid yang sedang duduk mengikuti pembelajaran bersama Sovia. Simulasipun berjalan lancar. Alhamdulillah listrik, jaringan dan semuanya aman. Sovia menghela nafas panjang dan berucap syukur.

“Alhamdulillah satu langkah telah terselati. Urusan hasil biarlah menjadi rahasia Tuhan” gumam Sovia dalam hatinya.

Tiba-tiba suami Sovia menelfon. Rupanya ia telah faham jika Sovia telah selesai melaksanakan simulasi.

“Assalammu’alaikum Bund. Bagaimana tadi simulasinya?” tanya suami Sovia.

“Alhamdulillah sudah selesai yah, alhamdulillah semua berjalan lancar”

“Aman bund”

“Aman ayah”

“Alhamdulillah”

Percakapan suami istri itu pun telah selesai. Sovia kembali melakukan aktivitasnya yang lain.

Handphone miliknya kembali bergetar, ada sebuah pesan singkat masuk dari rekannya yang juga mengikuti CGP dan belum melaksanakan yang menanyakan bagaimana simulasi yang telah Sovia laksanakan. Karena kebanyakan dari mereka belum melaksanakan simulasi. Sovia tergolong orang kedua yang melaksanakan simulasi dari beberapa CGP yang lolos dari kecamatannya itu. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh seorang CGP setelah melaksanakan simulasi mengajar adalah menanti pengumuman lanjutan untuk kemudian mengikuti seleksi wawancara.

Novel Februari Ceria hari Ke-28 "Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

  PENGUMUMAN SELEKSI TAHAP II Desis angin malam itu terasa dingin seolah menusuk tulang masuk menembus melalui lubang jendela rumah Sovia....