Selasa, 28 Februari 2023

Novel Februari Ceria hari Ke-28 "Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

 

PENGUMUMAN SELEKSI TAHAP II

Desis angin malam itu terasa dingin seolah menusuk tulang masuk menembus melalui lubang jendela rumah Sovia. Sepertinya hujan akan segera turun. Waktu terus berlalu hingga pengumuman seleksi CGP tahap II pun telah tiba. Sovia yang sama sekali tidak tahu mengenai jadwal seleksi CGP, ia tak begitu menunggu atau bertanya-tanya kapan waktu itu kan tiba. Ya, sovia tak ingin dirinya sibuk dan larut dalam masa penantian. Masa-masa sebelum pengumuman seleksi CGP Sovia tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa. Siang itu Sovia baru saja pulang dari rutinitasnya mengajar. Diraihnya handphone miliknya yang tergeletak di atas meja. Sovia yang saat itu hendak melakukan rehat istirahat tidur siang, tiba-tiba jemarinya tak bisa diam melihat handphone yang sedari tadi bergetar terus. Rupanya ada obrolan panjang dari grup whatsap CGP Angkatan 5 Jateng. Nampaknya pengumuman seleksi tahap II telah keluar.  Sovia pun membuka isi file itu. Lembar demi lembar isi file ia buka. Saat merasa lelah karena ada banyak lembar di dalam file, Sovia pun menggerakkan jemarinya dengan pelan dan matanya mulai mengantuk. Namun tiba-tiba mata Sovia terbuka lebar saat matanya melihat ada nama rekannya Bu Atik yang tertulis disana. Dan tepat dibawah nama Bu Atik ada nama Sovia dalam pengumuman tersebut.

“Ini maksudnya bagaimana ya? Aku lolos seleksi? Apakah ini benar namaku? Ini pengumuman satu provinsi. Program dari pemerintah, yang mendaftar orang satu Indonesia. Ini benar namaku bukan si?? Tapi lihat instansinya iya bener. Ada Bu Atik juga. Sebentar…” Otak Sovia penuh dengan banyak pertanyaan, seolah dirinya belum percaya kalau ada nama dirinya tercantum dalam pengumuman tersebut

Suami Sovia yang saat itu baru saja masuk rumah usai pulang dari bekerja, langusung menghampiri istrinya yang tampak sedang sedikit aneh dengan sikapnya.

“Bunda kenapa bund?” Tanya suami Sovia penuh heran.

“Yah, ini benar aku lolos seleksi tahap II tidak sih yah? Aku guru kampung, guru honor pula, belum PNS yah. Ini bener nggak si yah?” Tanya Sovia sambil menunjukkan handphone pada suaminya.

Suami Sovia seketika terdiam mencoba mencermati apa yang tengah dilihatnya.

“Bund, ini bunda lolos tahap II bund. Berarti setelah ini bunda langsung pendidikan enam bulan bund? Tutur suami Sovia.

“Serius yah? Enam bulan daring yah???”

“Nanti butuh internet bnyak bund, apa mau pasang wifi saja bund?”

“Ayah kenapa niat banget yah. Aku ko biasa saja yah”

“Hhaahaa”

Suami Sovia memeluk istrinya itu seraya mengucap selamat meski ada rasa sedikit khawatir, jika istrinya lolos seleksi tahap II artinya Sovia harus mengikuti pendidikan calon guru penggerak selama enam bulan. Dan perhatian dirinya juga anaknya akan terbagi dengan enam bulan pendidikan itu.   

***

Senin, 27 Februari 2023

Novel Februari Ceria hari Ke-27 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 

CERITA PAK ALIF

Sore itu usai Sovia mengajar di TPQ tempat ia bekerja.  Cuaca cukup mendung seolah langit kan turun hujan. Tiba-tiba handphone Sovia berdering, rupanya Pak Alif, rekan Sovia yang juga tengah mengikuti seleksi calon guru penggerak. Pak Alif yang saat itu menelfon mengajak berbagi cerita tentang pengalaman Sovia dalam melaksanakan wawancara yang telah selesai ia ikuti tempo hari. Pak Alif pun menceritakan seputar pengalamannya saat melakukan simulasi mengajar minggu lalu. Diceritakannya oleh Pak Alif, bahwa ketika ia melakukan simulasi, ia memilih ruang labolatorium komputer di sekolahnya yang sinyal jaringan internetnya kuat. Tetapi saat itu hujan turun lebat sedari pagi. Berutungnya listrik tidak padam. Hanya saja jaringannya menjadi kurang stabil karena faktor cuaca. Bersyukurnya pak Alif adalah bisa melaksanakan simulasi mengajar sampai selesai.

Tak lama setelah Pak Alif menelfon Sovia, Soviapun kembali pulang karena jam mengajar telah selesai. Sesampainya di rumah Sovia merasa bahagia, karena suami dan anaknya telah menunggu di teras rumahnya.

“Bunda, ayo jalan-jalan” tutur anak Sovia.

“Kemana sayang. Ini ayah atau kamu yang minta jalan-jalan” Tanya Sovia meledek anaknya itu.

“Ko ayah sih. Aku bunda” jawab anak Sovia protes.

“Siap bos kecil”

Soviapun bergegas masuk rumah dan bersiap-siap hendak keluar jalan-jalan menuruti keinginan anaknya.  

Bersambung ...

Novel Februari Ceria hari Ke-26 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 Lanjutan ....

Kepala sekolah yang saat itu telah mengetahui Sovia telah selesai melaksankan seleksi wawancara, lantas mengutus Sovia untuk segera berangkat mengikuti rapat technikal meeting pesta siaga. Sovia yang saat itu telah menyadari bahwa rapat telah dimulai sejak lima belas menit yang lalu, bergegas pergi menuju lokasi rapat. Ia berusaha untuk menjadi guru profesional meski batinnya masih belum lepas usai wawancara tadi.

Setibanya di lokasi rapat, Sovia bersalaman dengan beberapa guru yang hadir dalam rapat tersebut.

“Bu Sovia ko Tanya terasa dingin. Apa kurang sehat? Tapi aura wajahnya seger. Apakah Bu Sovia baik-baik saja?” Tanya salah satu peserta rapat.

“Alhamdulillah baik Bu.” Jawab Sovia sambil tersenyum.

Sovia mencari tempat duduk dan berusaha mengikuti rapat technical meeting pesta siaga dengan baik. tiba-tiba handphhonenya bordering. Ada telfon dari suami Sovia. Ya, suami Sovia berusaha untuk terus mengupdate perkembangan setiap apa yang baru Sovia laksanakan. Terlebih istrinya yang baru saja menyelesaikan wawancara seleksi calon guru penggerak.

“Assalammu’alaikum bund. Gimana tadi wawncaranya?” Tanya suami Sovia.

“Wa’alaikumsalam ayah, Alhamdulillah. Tapi tanganku masih dingin sampai sekarang yah. Hhhe “

“Loh, sukses apa tidak?” kembali suami Sovia bertanya.

“Ya begitu yah. Kalau jawabnya si alhamdulillah lancar”

“Alhamdulillah, bunda grogi karena ini wawancara. Bunda bertemu langsung meski secara virtual” tegas suami Sovia.

“Iya yah.”

Obrolan keduanya pun selesai, Sovia kembali melanjutkan mendengarkan rapat dengan seksama.

Novel Februari Ceria hari Ke-25 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 Pagi itu Sovia pun telah memilih baju dan kerudung yang bagus dari lemarinya agar penampilannya ketika wawancara terlihat indah dipandang oleh para tim penilai. Pukul -7.30 pun telah tiba. Sovia yang sedari tadi telah siap di depan leptop. Mulai menunggu para penilai hadir di gmeet. Saat dua penilai telah hadir dan menyapa Sovia, Sovia pun membalas sapaan adri penilai itu dengan ramah dan hangat. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan  penilai dan Sovia pun berusaha menjawab sebisanya. Ia tak ingin tampak seperti orang yang gugup. Sovia pun tak lupa, sebelum wawancara ini dimulai, pada saat persiapan Sovia juga telah menempel beberapa jawaban essay yang pernah ia tulis pada tembok tepat di depan ia duduk saat melakukan wawancara. Harapan Sovia agar jawaban yang ia sampaikan tidak berbeda jauh dengan apa yang telah ia tulis di essay.

Percakapan melalui wawancara pun berjalan lancar bahkan terkesan seperti obrolan santai. Meskipun ada beberapa pertanyaan yang tak bisa langsung dicerna oleh Sovia karena bentuk pertanyaan memang cukup panjang sehingga ia harus meminta penilai untuk mengulangi pertanyaan, namun Sovia beruntung telah dipertemukan dengan penilai yang baik padai pagi itu. Mungkin juga karena masih pagi,  baik penilai maupun Sovia tengah bersemangat mengawali hari demi kesuksesan dari segenap rangkaian seleksi CGP sebagai program dari kemendibudristek itu.

Seleksi wawancara pun telah selesai. Sovia berucap syukur dan ia lekas berlari menuju ruang kelas VI dan menemui Bu Atik. Dipeluknya tubuh Bu Atik yang saat itu tengah berdiri di depan kelas.

“Bagaimana bu Sovia wawancaranya? Ko tangannya masih dingin?” tutur Bu Atik pada Sovia

“Hhhuuu…. Bu Atik… Hi ngeri deh” jawab Sovia yang seolah tak bisa berkata-kata lagi saat itu.

“Gimana-gimana. Coba duduk dulu.” Ajak Bu Atik pada Sovia

“Bu, tadi aku ada pertanyaan apakah ibu pernah keluar dari zona nyaman selama menjadi guru? Jawabnya apa itu bu. Aku bingung bu Atik”

“Keluar dari Zona nyaman??? Mungkin yang dimaksud zona nyaman kita sebagai guru Bu. Bisa juga missal hari ini adalah jadwal memakai seragam kheky, zona nyamannya ya memakai baju sesuai aturan. Keluar dari zona nyamannya misal kita memakai baju lain. Tapi itu versi saya. Tadi Bu Sovia bagaimana?”

“Tadi aku jawab pernah Bu. Ku kira saat duku waktu aku ngajar sebelum di sekolah ini aku sudah nyaman, tetapi aku harus pindah karena mau ada seleksi PPPK itu bu. Jadi aku keluar dari zona nyamanku Bu. Hhhaaaa gimana itu Bu Atik”

“Sudah nggak apa-apa, yang penting sudah selesai wawancara. Saya yang belum yang harusnya deg-deg-an Bu Sov. Hhee” jawab Bu Atik menguatkan Sovia pagi itu.

Sovia pun mengangguk mendengar suntikan semangat dari rekannya itu. Ia pasrahkan apa yang akan terjadi kedepannya pada Tuhannya. Sovia kembali menghela nafas panjang guna menetralkan suasana dalam hatinya saat itu. Sovia pun mengucap terima kasih kepada Bu Atik dan bergegas meninggalkan Bu Atik dan menuju ruang guru. 

Novel Februari Ceria hari Ke-24 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 

SIMULASI WAWANCARA

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Hingga semua CGP telah selesai melaksanakan simulasi mengajar dan dilanjutkan dengan menunggu jadwal seleksi wawancara. Sovia yang masih tergolong muda dibandingkan CGP lain dari kecamatannya itu mendapat jadwal wawancara pada kloter pertama dibandingkan teman-teman lainnya. Karena sovia mendapat jadwal pertama dari teman-teman yang lainnya, ia pun merasa bingung dan gugup. Dibukanya materi dari google, youtube dan grup telegram tentang contoh pertanyaan dan jawaban dari wawancara calon guru penggerak. Ya, hanya berbekal media internetlah sovia bisa belajar seputar seleksi calon guru penggerak. Didapatinya beberapa bocoran dari angkatan sebelumnya dan juga dari beberapa CGP dari kota lain yang telah selesai melakukan seleksi wawancara, bahwa soal wawancara tidaklah jauh berbeda dari pertanyaan pada saat pengisian essay. Beruntung dulu pernah ada yang mengingatkan Sovia agar menyalin jawaban essay yang telah ditulis agar disimpan dalam sebuah file di aplikasi microsove word.  Sehingga Sovia bisa belajar dari sana.

Hari jadwal wawancara pun tiba. Tiga puluh menit sebelum wawancara dimulai, ada pesan masuk ke handphone Sovia dari pemantau CGP dengan nama Bu Adisti. Pemantau CGP bertugas untuk mengingatkan CGP agar mempersiapkan diri dan sudah masuk ke link Gmeet yang telah disediakan di dalam SIMPKB lima belas menit sebelum seleksi wawancara dimulai. Ya, semua kegiatan seleksi CGP dilakukan secara daring melalui laman SIMPKB. Seperti pada waktu simulasi mengajar, Sovia pun menyiapkan leptop, roll kabel dan jaringan internet guna mengikuti seleksi wawancara. Sovia mendapat jadwal pada hari kamis pukul 07.30 WIB.

Novel Februari Ceria hari Ke-23 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 

Lanjutan ...

Waktu telah menunjukkan pukul 13.00 WIB siangn itu. Sovia dan beberapa rekan gurunya telah berkemas untuk pulang ke rumah. Untuk Sovia yang saat itu masih menjadi seorang guru honor, pulang jam satu siang adalah hal yang wajar. Saat ditengah perjalanan pulang saat Sovia berhenti disebuah took kelontong, tak sengaja ia bertemu dengan rekan guru yang belum lolos ditahap I CGP. Guru tersebut mengucapkan selamat kepada Sovia dan menanyakan resep agar keterima seperti dirinya. Sovia hanya tersenyum malu mendengar pertanyaan temannya itu. Karena ia tak memiliki resep apa-apa saat pengisian essay kemarin. Baginya menjawab essay kemarin adalah seperti halya menulis curhatan isi hatinya selama ini. ia hanya duduk di depan layar leptop dan jemari tangan terus menekan tombol sesuka hati tanpa membuat coretan di kertas terlebih dahulu.

“Bu Sovia resepnya apa bisa lolos tahap I pengisian essay kemarin Bu? Tanya bu farah pada Sovia.

“Resep apa Bu, saya jawab ngasal Bu. Saya juga heran Bu, kenapa essay saya lolos. Bu Farah yang PNS pasti jauh lebih bisa dari saya Bu. Apakah kemarin punya Bu Farah ada yang belum lengkap Bu” Sovia berbalik Tanya pada Bu Farah.

“Kurang tahu Bu”

“Kalau menurut saya si pengumuman kemarin itu rejeki Bu” tiba-tiba ada suara laki-laki muncul dari arah belakang Sovia. Rupanya Pak Ridwan, dia juga termasuk salah satu guru yang lolos di tahap I pengisian essay.

“Oh iya ya Pak. Hhe” jawab Bu Farah pada pak Ridwan.

Pak Ridwan yang saat itu tengah dititipi istrinya untuk membeli beberapa barang pun melanjutkan untuk memilih-milih barang yang dicarinya. Sovia yang saat itu sedang berdiri menunggu antrian kasir tiba-tiba terdiam dan melihat kearah Bu Farah yang tengah asik memilih barang dan beranya-tanya pada diri sendiri. “Adakah guru honor lain yang joga lolos CGP dari sekolah negeri seperti aku? Hhmm” begitu gumamnya dalam hati.

Kesokan harinya sekolah Sovia kedatangan tamu Pengawas SD. Kehadiran beliau adalah untuk mengecek administrasi guru pada semester itu. Tak lupa pengawas sekolah juga memberikan selamat kepada Bu Ati dan Sovia yang saat itu baru saja mendapat pengumuman lolos CGP tahap I. Tapi entah kenapa  perasaan Sovia saat itu seperti kurang baik. Ia merasa ada yang beda pada hari itu. Sovia sadar bahwa dirinya hanyalah seorang guru honor yang kebetulan saja mengikuti seleksi CGP dan lolos ditahap I. Rupanya dirinya merasa minder dan seperti tak pantas untuk ikut di program kemendikbudristek ini.

“Ah kenapa ada perasaan seperti ini si dalam hati. Niat awal mau belajar tapi ko tiba-tiba begini. Aku sudah terlanjut mendaftar dan lolos tahap I. Ah sudahlah biarlah semua menjadi urusan Tuhan. Tugasku adalah mengikuti alur yang ada. Lakukan yang terbaik dan berikan yang terbaik” Sovia berusaha menenangkan diri sendiri kala itu.  

***

Novel Februari Ceria hari Ke-22 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 Lanjutan ...

Sekitar pukul 10.30 Bu Sinta mengirim pesan kepada Sovia bahwa ia harus sudah mulai masuk di link Gmeet  yang ada di SIMPKB lima belas menit sebelum jadwal simulasi atau pukul 11.00 WIB. Saat tiba pukul 11.00 WIB Sovia dengan ditemani oleh Bu Ati di dalam ruang, telah siap melaksanakan simulasi mengajar CGP. Kehadiran Bu Atik memang sangat diperlukan saat itu. Untuk persiapan siapa tahu terjadi hal yang tidak diinginkan. Namun tetap menjaga jarak agar tidak turut masuk terakam oleh Gmeet.

Simulasi pun dimulai. Sovia menyapa pemantau dan penilai dengan ramah dan senyum. Meski tangannya dingin karena sedikit grogi. Namun ia berusaha tetap tenang dan tidak mau menunjukkan kegrogiannya itu. Saat percakapan singkat diantara Sovia dan Penilai selesai Sovia pun mulai melakukan simulasi. Bu Ati yang sedari tai duduk di depan Sovia memperhatikan dan mengamati Sovia dengan tenang. Bagi Sovia Bu Ati yang ada di depannya diibaratkan para murid yang sedang duduk mengikuti pembelajaran bersama Sovia. Simulasipun berjalan lancar. Alhamdulillah listrik, jaringan dan semuanya aman. Sovia menghela nafas panjang dan berucap syukur.

“Alhamdulillah satu langkah telah terselati. Urusan hasil biarlah menjadi rahasia Tuhan” gumam Sovia dalam hatinya.

Tiba-tiba suami Sovia menelfon. Rupanya ia telah faham jika Sovia telah selesai melaksanakan simulasi.

“Assalammu’alaikum Bund. Bagaimana tadi simulasinya?” tanya suami Sovia.

“Alhamdulillah sudah selesai yah, alhamdulillah semua berjalan lancar”

“Aman bund”

“Aman ayah”

“Alhamdulillah”

Percakapan suami istri itu pun telah selesai. Sovia kembali melakukan aktivitasnya yang lain.

Handphone miliknya kembali bergetar, ada sebuah pesan singkat masuk dari rekannya yang juga mengikuti CGP dan belum melaksanakan yang menanyakan bagaimana simulasi yang telah Sovia laksanakan. Karena kebanyakan dari mereka belum melaksanakan simulasi. Sovia tergolong orang kedua yang melaksanakan simulasi dari beberapa CGP yang lolos dari kecamatannya itu. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh seorang CGP setelah melaksanakan simulasi mengajar adalah menanti pengumuman lanjutan untuk kemudian mengikuti seleksi wawancara.

Novel Februari Ceria hari Ke-21 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

                                                                  SIMULASI MENGAJAR

Hari berganti hari. Waktu terus berjalan menyesuaikan peredarannya rotasi bumi. Sovia dan teman-temannya yang lolos CGP tahap I diminta untuk melakukan praktik mengajar. Saat keluar jadwal untuk melakukan simulasi menagajar, tak ubahnya para CGP, Sovia pun menyiapkan segala yang dibutuhkan pada saat simulasi nanti. Setiap CGP diminta untuk melakukan simulasi mengajar selama 10 menit dengan RPP (Rancangan Program Pembelajaran) yang berbentuk satu lembar kertas HVS atau F4. Sovia pun melakukan apa yang diminta oleh SIMPKB. Membuat RPP satu lembar dan menguploadnya SIMPKB dan juga di laman Guru Berbagi.

Hari esok adalah jadwal Sovia melaksanakan simulasi mengajar. Menjelang sore sekitar pukul 15.00 WIB Sovia menerima sebuah pesan singkat melalui whatshap dari sebuah nomer baru.  Rupanya nomer itu adalah milik seorang pemantau CGP dengan nama Bu Sinta. Isi pesannya mengingatkan Sovia bahwa hari esok adalah jadwal Sovia untuk melakukan simulasi dan ia diminta untuk menyiapkan materi sesuai RPP yang telah diupload di SIMPKB dan segala yang diperlukan pada saat simulasi. Sovia pun memblasa pesan itu dengan ucapan terima kasih karena telah mengingatkan dirinya.

Simulasi mengajar yang akan dilaksanakan Sovia adalah secara daring. Ia harus berdiri seolah-olah sedang mengajar di kelas dan akan dilihat serta diawasi oleh pemantau dan penilai. Untuk itu Sovia pun telah menyiapkan leptop yang ia pinjam milik suaminya, karena leptop miliknya suara speakernya sudah tak sebagus dulu, roll kabel, jaringan internet. Namun dirinya masih kebingungan alat peraga apa yang akan ia gunakan saat simulasi nanti. Dirinya ingin menggunakan LCD Proyektor tapi takut waktu yang dibutuhkan akan lebih dari sepuluh menit.

Saat dirumah tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah kalender duduk yang terpajang rapih di meja kerja suaminya. Idenya pun mulai muncul. Ia hendak menempelkan beberapa gambar tentang keanekaragaman yang ada di Indonesia pada kalender tersebut. Menurutnya, waktu simulasi yang hanya sepuluh menit ini seorang CGP harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik dan menggunakan alat peraga yang simpel dan juga menarik.

Waktu sore pun telah beranjak pergi dan malam telah datang. Malam itu Sovia tak ingin tidur larut malam. Ia harus menyiapkan dirinya yang esok akan melaksanakan simulasi. Jadwal Sovia adalah pukul 11.00 WIB – selesai.

Pagi ini sinar mentari terasa cukup hangat. Sovia mulai mengajar dikelasnya seperti hari-hari biasanya.

“Bu Sovia simulasinya pukul berapa Bu? Tanya Bu Ati pada Sovia pagi itu.

“Pukul 11.00 wib Bu Ati” jawab Sovia sambil melempar senyum pada Bu Ati.

“Nanti saya bantu apa yang dibutuhkan Bu, sekalian saya mau lihat buat pandangan saya ketika simulasi nanti. Hhe” ujar Bu Ati.

“Iya Bu Ati, terima kasih”

Waktu pun terus berjalan dan semakin dekat pada pukul 11.00 WIB. Sovia mulai bergegas menata leptop dan segalanya diruang kelas. Ia memilih ruang kelas yang tidak jauh dari akses internet. Do’anya siang itu adalah semoga langit cerah dan tidak listrik tidak padam.

Bersambung...

Novel Februari Ceria hari Ke-20 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 

PENGUMUMAN TAHAP I

Sovia pun kemudian mengajak Fahrul masuk menuju kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

Sesaat ketika Sovia berada dalam kelas. Tiba-tiba smartphonenya bergetar. Banyak pesan masuk, dilihatnya sebentar oleh Sovia ternyata obrolan dari sebuah grup di telegram tengah ramai. Rupanya ada informasi pengumuman tahap I Calon Guru Penggerak Angkatan 5. Ia sedikit bingung melihatnya karena file itu berisi data pengumuman seprovinsi Jawa Tengah. Saat dibukanya file tersebut oleh Sovia, dia terkaget ternyata ada namanya dalam pengumuman itu. Rupa-rupanya Sovia telah lolos di tahap I. Ia tak mengerti respon apa yang hendak ia keluarkan. Ia hanya terdiam dan berucap dalam hatinya, “jika ini baik maka mudahkan dan lanjutkan, jika ini kurang baik maka semua terserah pada-Mu Rabb”

“Alhamdulillah ada Bu Ati yang juga lolos” kembali Sovia bergumam dalam hatinya.

Bu Ati adalah rekan sesame guru yang juga berasal dari sekolah yang sama dengan Sovia.

Siang itu seisi ruang guru beramai-ramai mengucapkan selamat kepada Sovia dan Bu Ati. Keduanya pun mengucapkan terima kasih dan meminta dido’akan yang terbaik.

“Selamat ya Bu Sovia dan Bu Ati, semoga ini menjadi prestasi bagi ibu dan lancar kedepannya. amin” tutur kepala sekolah kepada mereka berdua.

Awalnya Sovia sedikit minder karena status ia saat itu adalah guru wiyata bhakti. Namun setelah ia tahu ternyata ada juga guru wiyata bhakti dari satu kecamatannya yang juga lolos, Sovia sedikit merasa lega. Ternyata ia tidak sendirian.

Novel Februari Ceria hari Ke-19 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 Lanjutkan...


Sinar mentari pagi itu tampak hangat di tubuh. Sovia berjalan pelan menikmati sinar matahari yang mengenai tubuhnya di halaman sekolah. Dilihatnya bendera merah putih berkibar menjulang tinggi pada tiang yang entah sudah berapa lama ia berdiri tanpa pernah mengeluh lelah. “Langit pagi ini tampak indah, awan putih rapih berjajar seolah tak ingin mengecewakan  semua yang memandangnya. Begitu terasa nikmat pagi ini. Hhmm” gumam Sovia seorang diri.

Tiba-tiba dari arah berlawanan seorang murid berlari dan menabrak Sovia yang sedang berjalan hendak menuju kelas. Didapatinya ternyata Fahrul sedang berkejaran dengan Rubi.

“Eh maaf Bu Sovia. Saya dikejar Rubi Bu” tutur Fahrul sembari memgang tangan Sovia meminta maaf.

“kalau lari hati-hati Rul, lihat kanan kiri. Untung kamu tidak jatuh” sahut Sovia.

“Iya Bu, eh Bu Sovia. Ibuku kemarin whatsap Bu Sovia si Bu. Ko Bu Sovia tidak balas” tanpa rasa malu Fahrul menanyakan perihal pesan dari ibunya yang kemarin belum dijawab oleh Sovia.

Sovia yang saat itu tengah berdiri di depan Fahrul mengucapkan minta maaf karena tidak langsung merespon pesan dari ibunya. Sambil memegang bahu Fahrul, Sovia berkata,

“Fahrul kemarin sudah salaman dengan hamdan belum?”

“Sudah Bu”

“Kemarin sudah saling memberi alasan kan, dan kalian juga sudah saling memaafkan. Ko Fahrul masih bersikeras lagi dengan alasan Fahrul. Sekarang kita belajar menjadi anak yang baik dan memaafkan kesalahan orang ya. Kalau sudah saling memafkan, tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Bisa jadi nanti akan ada yang tersinggung. Mau jadi anak yang baik? “ Tanya Sovia pada fahrul.

“Iya Bu.” Jawab Fahrul seraya menganggukan kepala.

***

Rabu, 22 Februari 2023

Novel Februari Ceria hari Ke-18 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 

PESAN DARI WALI MURID

“Bu Sovia, ada anak yang berkelahi di kelas Bu. Hamdan bu, Hamdan berkelahi dengan Fahrul Bu. Cepet Bu ke kelas Bu. Cepet Bu” tutur Firman sambil tersenggal-senggal nafasnya pada Sovia.

“Ada apa dan kenapa. Pelan-pelan kalau ngomong Firman” tegas Sovia pada muridnya itu.

“Begini Bu, Hamdan di kelas berkelahi dengan fahrul B” jawab Firman

“Loh, bukannya ini jam istirahat. Kenapa di dalam kelas?” Tanya Sovia heran/

“Tidak tahu Bu, Pokoknya Bu Sovia ayok cepet ke kelas Bu.” Ucap Firman seraya menarik tangan Sovia.

Sovia yang tak ingin terjadi keributan di kelasnya itu pun segera menuju kelas IV. 

“Ada apa ini, Hamdan, fahrul hentikan!!! Ada apa ini sebenarnya” suara Sovia sedikit meninggi membuat seisi kelas yang semula gaduh spontan menjadi hening.

“Hamdan yang mulai dulu Bu, dia menumpahkan makananku sampai jatuh” Ucap fahrul.

“Gak bu. Fahrul saja yang menyenggol aku bu. Ya jatuh makanan dia. Jatuh sendiri tapi ko marah-marah. Malah dia mau mukul aku bu” ujar fahrul membela diri.

“Ini kenapa kalian ribut di dalam kelas. Bukankah Bu Sovia sudah menyampaikan. Istirahat itu di luar, tidak di dalam kelas. Malah ada yang rebut-ribut begini” tegas Sovia pada murid-muridnya itu.

“Iya, hhoooooo” sorak murid-murid yang lainnya.

“Sudah-sudah, coba sekarang saling maaf-maafan. Tidak usah saling menyalahkan. Coba Hamdan dan fahrul salaman nak.” Pinta Sovia pada kedua muridnya itu.

“ya nggak mau bu. Hamdan yang salah ko. Aku disuruh minta maaf” protes fahrul pada Sovia.

Segera diraihnya tangan Fahrul untuk diajak mau bersalaman dengan Hamdan oleh Sovia. Namun, tangan Sovia justru malah dikibas oleh Fahrul.

“Fahrul! Bu guru bilang saling maaf-maafan. Dimata Bu guru kaian sama salahnya. Jam istirahat tapi main bahkan makan di dalam kelas” kembali suara Sovia sedikit meninggi supaya kedua muridnya itu menyadari kesalahannya.

Akhirnya kedua murid tadi pun bersalaman. Dan murid yang berkerumun pun mulain membubarkan diri. Sovia menghela nafas panjang. “Alhamdulillah” begitu gumamnya dalam hati.

Sovia menuju kantor dan duduk di bangkunya. Diraihnya segelas air putih olehnya dan diminumnya.

“Siapa yang ramai Bu Sovia?” Tanya Bu Retno pada Sovia

“Hamdan dan Fahrul Bu”

“Sekarang sudah berdamai belum anaknya Bu Sov?

“Sudah Bu”

Usai kejadian tadi di kelas, Hamdan dan Fahrul terlihat saing menjauh dan tidak mau saling tegur sapa. Sovia memnyampaikan pelajaran seperti biasanya. Tidak lupa ia pun juga menyampaikan nilai budi pekerti agar tidak kembali lagi terjadi keributan di kelasnya.

Siang itu semua aktivitas kembali berjalan seperti biasanya. Usai pembelajaran selesai, semua guru dan siswa pulang ke rumah masing-masing. Ditengah perjalanan pulang. Tiba-tiba smartphone Sovia bergetar. Sepertinya ada pesan masuk. Namun karena Sovia tengah berada dalam perjalanan, ia mengabaikan pesan yang masuk. Sesampainya di rumah, dilihatnya pesan yang tadi masuk, rupanya ada pesan dari ibunya Fahrul.

“Assalammu’alaikum, mohon maaf mengganggu Bu Sovia. Mohon maaf juga atas kelancangan saya. Fahrul memaksa saya untuk mengirim pesan ke Bu Sovia. Saya disuruh menyampaikan katanya tadi Fahrul tidak salah sama Hamdan tapi Bu Sovia memarahi Fahrul. Maaf bu sebelumnya, saya sudah menyampaikan mungkin Bu Sovia mengingatkan Fahrul tapi dia tetap minta saya untuk kirim pesan ke Bu Sovia. Terima kasih” pesan itu tertulis dari ibunya Fahrul. Menanggapi pesan tersebut, Sovia tersenyum seorang diri.

“Maksudnya apa ini, mau negur saya atau mau protes atau mau meluruskan kejadian tadi yang dialami anaknya. Hhhm ada-ada saja” gumam Sovia dalam hatinya.

Sovia yang baru saja sampai rumah hanya membalas siangkat “Terima kasih sudah menyampaikan pesan Bu, saya jawab nanti ya” Sovia pun lekas masuk ke rumah.

Malam itu Sovia hendak menyelesaikan pendaftaran CGP miliknya. Diceknya setiap point yang ada. Dilengkapinya essay yang masih terdapat kekurangan, ia mantapkan hati untuk mengirim berkas malam itu. Setelah dirasa semua telah selesai ia pun memilih tombol kirim di akun SIMPKBnya itu.

“Wallahu’alam, bismillah mengirim berkas. Jika tahun ini belum bisa ikut PPG, yasudah PGP (Pendidikan Guru Penggerak) dulu juga boleh. Batin Sovia malam itu.

“Sudah selesai bund?” Tanya suami Sovia.

“Sudah yah”

“Yang terpenting untuk ibu, jadilah guru yang baik,loyal, terus semangat mengembangkan diri, dan jadilah guru yang selalu dirindu murid-murid”

“Iya ayah. Terima kasih semangatnya” jawab Sovia manja didekat suaminya itu.

Tiba-tiba Sovia terdiam memikirkan kejadian tadi siang di kelasnya. Ia merasa heran kenapa Fahrul masih saja mengungkit kejadian tadi siang dan bersikeras untuk mengatakan dia tidak bersalah sampai-sampai harus mengirim pesan lewat chat whatsap. Padahal tadi siang sudah saling memaafkan. “Dunia anak-anak kadang memang seperti itu, semoga aku bisa sabar menghadapi murid-murid dengan keaneka ragaman sifatnya” fikir Sovia seorang diri.

Tiba-tiba suaminya menepuk punggung Sovia yang dari tadi tampak seolah sedang melamun.

“Bunda ngalamunin apa? Ayah disamping bunda gak pergi kemana-mana bund. Hhee” ledek suami Sovia.

Diceritakannya pula oleh Sovia tentang kejadian tadi siang di kelasnya, juga mengenai pesan whatsap dari ibunya Fahrul. Suaminya hanya tersenyum mendengar cerita istrinya itu. Dan memberikan pemnguatan kepada Sovia bahwa itu bagian dari tanggung jawab Sovia sebagai seorang guru untuk memberikan pendidikan moral bagi murid-muridnya agar mereka kelak menjadi pribadi yang baik dan mulia. 

Soviapun mengambil kesimpulan untuk tidak membalas chat dari ibunya Fahrul dulu. Ia ingin bertemu dengan Fahrul secara langsung untuk bertanya juga menasihatinya. Ia tak ingin murid-muridnya memiliki jiwa yang tak bisa memafkan orang lain. Ia mengharapkan anak didiknya menjadi pribadi yang berhati mulia dan pemaaf.

***

Selasa, 21 Februari 2023

Novel Februari Ceria hari Ke-17 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

Lanjutan ....

Pada pertanyaan kedua ia diminta untuk menuliskan pengalaman tantangan yang pernah ia temui ketika menjalin komunikasi atau bekerja sama dengan orang lain, bagaimana kejadiannya dan bagaimana pula solusi yang telah diambil Disini Sovia seolah merasa galau. ia bingung mau menuliskan kalimat apa. Sebisanya pun ia mulai menuliskan apa yang ada dibenaknya kala itu. Baginya ketika kata yang ia tulis telah mencukupi jumlah karakter yang diminta oleh sistem, hatinya merasa senang dan bahagia. “kenapa bahagiaku receh sekali ya, cukup melihat  jumlah karakter saja sudah happy” gumam Sovia dalam hati sambil tersenyum seorang diri di depan monitor yang sedari tadi membersamai waktu sorenya.

Ketika tiba pada soal ketiga, ia diminta untuk menuliskan pengalaman dalam menghadapi situasi yang paling menantang, kompleks atau sulit saat menjalankan tugas. Baginya, dalam sebuah pekerjaan pastilah seseorang pernah mengalami situasi yang menantang dan sulit. Disini Sovia pun kembali dihadapkan pada situasi yang sulit. Ia bingung hendak menuliskan apa. Tiba-tiba sejenak ia berfikir “pengalaman yang menantang? Bukankah saat ini juga diriku tengah dihadapkan dengan sebuah situasi yang menantang. Menjawab pertanyaan essay yang dikira mudah tapi ternyata tidak bisa dihabiskan dalam sekali waktu? Aagghhh, memang ini menantang. Siapa suruh coba daftar CGP” hatinya kesal karena ia belum menemukan kata apa yang hendak ia tulis. Diraihnya secangkir kopi yang telah ia sediakan dan mulai mendingin itu. Saking fokusnya sampai-sampai ia pun lupa pada secangkir kopi yang telah ia sediakan sebelumnya. Meski Sovia adalah seorang perempuan, terkadang menikmati kopi hitam. Baginya kopi hitam adalah sebuah minuman yang juga bisa dinikmati oleh kaum hawa. Bagi Sovia, setiap ia selesai minum kopi hitam fikirannya akan mudah untuk diajak berfikir.

Tanpa ia sadari ternyata mega merah mulai tampak di ufuk barat sebagai tanda bahwa malam kan segera tiba. “Tuh kan. Belum selesai tiba-tiba sudah mau maghrib. Bakal sampai kapan ini essaynya selesai” kembali ia menyampaikan sedikit kekesalan pada dirinya. Ia pun menutup leptop dan beranjak menghampiri anak dan suaminya itu.

“Sudah selesai bund?” Tanya suami Sovia pada dirinya itu.

“Belum yah, soalnya singkat tapi jawabnnya panjang loh yah” tegas Sovia pada suaminya.

“Sepanjang apa si bun? Paling juga satu layar leptop” ledek suami Sovia.

“Ayah,,,, layarnya satu. Tapi yang dihitung karakter huruf ayah…” rengek Sovia membela diri.

“Iya, iya maaf. Kalau belum selesai bisa dilanjut nanti malam bund. Sudah mau maghrib, solat jama’ah dulu yuk” ajak suami Sovia.

Sovia hanya mengangguk menandakan ia setuju pada ajakan suaminya untuk solat berjama’ah malam itu.

Usai solat maghrib berjam’ah dan makan malam, Sovia ingin kembali melanjutkan mengerjakan essay CGP. Meski ia kesal pada sore tadi, tetap saja batinnya merasa tertantang untuk bisa menyelesaikan essay. Kembali dibukanya leptop yang sedari sore belum juga beranjak dari meja ruang depan rumah Sovia. Sesaat setelah Sovia menekan tombol power, tiba-tiba anaknya datang menghampiri,

“Bunda ko belajarnya tidak selesai-selesai sih” protes anak Sovia pada dirinya yang kembali hendak menyalakan leptop.

“Bunda masih ada pekerjaan, boleh tidak kalau bunda menyelesaikannya dulu sayang? Adek boleh main disamping bunda ko.” Pinta Sovia pada anaknya itu.

“Boleh” jawab anak Sovia singkat sembari memajukan sedikit bibir bawahnya itu yang seolah terpakasa memberi ijin pada bundanya itu.

Sovia pun kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terputus pada adzan maghrib tadi.

Kali ini Sovia melanjutkan pada soal ketiga, keempat dan kelima. Setelah dirasa selesai menjawab kelima soal yang ada pada essay CGP, Sovia tak ingin terburu-buru untuk mengirim dan mengklik telah tertidur di sampingnya bersama mainannya yang tumpah ruah berserakan tak menentu. Melihat anaknya yang sudah lelap mungkin karena kelelahan usai mainan itu, hatinya merasa sedih dan bersalah.

“Maafin bunda ya nak, bunda sibuk dari tadi sampai kamu tertidur begini bersama mainanmu” Sovia mengecup kening anaknya dan lekas membawanya masuk ke kamar.

“Ayah, bunda boleh minta tolong tidak yah? Tolong essay yang sudah bunda ketik dicekkan yah, siapa tahu ada kata yang kurang pas atau salah-salah katik. Hhhee. Terima kasih ayah sayang” tutur Sovia seolah memaksa pada suaminya itu.

Suami Sovia yang saat itu tengah menonton bola di televisi pun mengiyakan dan meraih leptop untuk memenuhi permintaan istrinya itu. Namun Sovia sedikit kesal, karena sudah hampir lima belas menit lamanya, rupanya meski leptop telah dipegang sang suami namun pandangannya tetap kedepan memperhatikan kemana arah bola ditendang. Sovia seolah meradang pada suaminya malam itu. Akan tetapi ia tak bisa berkata banyak. Karena memang laki-laki ketika sudah menonton bola maka perhatiannya akan terbagi pada bola.

“Ayahhhh” panggil Sovia pada suaminya.

“Eh, ia bund. Maaf maaf. Ini masih nanggung sebentar lagi selesai bund” ucap suami Sovia

Sekesal-kesanya Sovia pada suaminya, namun Sovia tetap bersyukur. Karena suaminya mau membantunya dan juga mau diajak kerja sama.

Setelah acara bola selesai, fokus suami Sovia pun beralih pada layar monitor leptop yang ada di depannya. Suami Soviapun melaksanakan apa yang diminta Sovia. Mengoreksi, memberi saran dan membetulkan jika ada yang salah pada isian essay Sovia.

Malam itu mata Sovia sudah mulai berat dan mengantuk. Ditahannya meski berat, karena ia tak ingin meninggalkan suaminya terjaga seorang diri sementara ia tertidur lelap.

“Sudah bund. Terus langkah selanjutnya apa bund? Dikirim?” Tanya suami Sovia.

“Jangan dulu yah, kirimnya besok saja. Bunda mau Tanya teman-teman bunda dulu yah” jawab Sovia.

“Begitu? Ok. Terserah bunda saja”

Sebelum Sovia mengakhiri aktivitasnya dengan tidur, Sovia membuka smartphone miliknya dan dilihatnya grup telegram miliknya, barang kai ada info yang belum ia lihat.

“Rupanya banyak juga teman-teman yang belum selesai menjawab essay CGP. Ah, sudahlah. Jangan buru-buru ah” gumam Sovia

                                                              ***

Novel Februari Ceria hari Ke-16 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

 

PENGISIAN ESSAY CALON GURU PENGGERAK

Usai huvoria pengumuman kelulusan PPPK tahap II hari kemarin, Sovia dan beberapa temannya kembali disibukkan dengan persiapan pemberkasan. Rupanya perjalanan Sovia dan rekan-rekannya belum selesai. Masih ada satu tahapan lagi yaitu pemberkasan. Sambil menunggu kabar pemberkasan, Sovia kembali melanjutkan oendaftaran calon guru penggerak. Dibukanya leptonya sore itu, mumpung hari itu adalah hari jum’at, Sovia libur tidak berangkat mengajar di taman pendidikan al qur’an (TPQ).

Kata demi kata mulai ia susun untuk menjawab essay yang ada di portal guru penggerak melalyui akun SIMPKB miliknya. Sovia berfikir entah apakah yang tengah ia lakukan sekarang ini membawa dampak baik atau tidak. Dia sadar bahwa pengalamannya belum begitu banyak, hanya keinginannya untuk belajar memanglah besar. “tak apalah, toh syarat mengikuti CGP adalah minimal telah memiliki lima tahun masa kerja. Dan tahun ini adalah tahun keenam bagiku menjadi seorang pengajar. Ku ceritakan saja apa adanya, yang sudah pernah aku alamai di enam tahun kemarin. Kalau mengarang indah sepertinya akan sulit” begitu pikir Sovia ketika menjawab pertanyaan essay CGP.

Dipertanyaan pertama ia diminta untuk menuliskan movivasi mengikuti CGP. Ia pun menuliskan bahwa motivasinya mengikuti CGP adalah pertama, karena ingin bisa meningkatkan kompetensi diri sebagai seorang guru di masa sekarang dan yang akan datang. Yang perlu dilakukan dalam mewujudkan motivasi tersebut adalah dengan terus semangat belajar dimanapun dan kapanpun. Kedua, adanya keinginan untuk selalu belajar hal baru dan terus memperbaiki diri. Yang perlu dilakukan dalam mewujudkan motivasi tersebut adalah selalu turut aktif jika ada program belajar yang datang dari manapun, baik dari dunia nyata (tatap muka seperti seminar) maupun melalui media internet. Ketiga, ingin menjadi guru yang selalu bisa membantu siswa ketika mereka mendapatkan masalah belajar, karena melalui guru penggerak ini akan ada banyak ilmu yang akan ia dapatkan untuk bisa membatunya dalam menyelesaikan masalah belajar siswa.

Selain itu Sovia pun diminta untuk menceritakan kelebihan apa yang telah ia miliki sebagai seorang guru. Ia bingung untuk menjawabnya. Namun ia harus bisa menjawab sebisa mungkin. Ia pun mulai kembali menarikan jemarinya diatas keyboard leptop miliknya. Kata demi kata ia susun hingga membentuk rangkaian kalimat yang indah. Baginya, menjawab essay CGP sama halnya dengan curhat. Iakembali teringat pada perkataan Bu Uswatun rekan Sovia yang berasal dari Madura tempo hari itu. Menjawab Essay CGP sama halnya dengan seseoang yang tengah curhat mengenai suatu hal atau membuat karangan indah. Karena dengan begitu jawaban seorang CGP akan lebih menjiwai dan memiliki bobot karena diambilkan dari kisah nyatanya.

Ketika Sovia diminta menuliskan perubahan apa yang telah ia lakukan dalam pembelajaran yang pernah ia lakukan, ia pun kembali bingung. Karena sebelumnya ia belum pernah membuat perubahan yang luar biasa. Yang membuat orang lain terkagum-kagum dan tercengang melihat atau mendengarnya. Ia pun hanya menuliskan hal yang pernah ia lakukan saja, yaitu mengajar dengan menggunakan media LCD proyektor, menggunakan teknik permainan dalam pembelajaran seperti pada hafalan perkalian dan teknik pengajaran jarak jauh yang ia gunakan selama masa pandemic Covid 19 kemarin.

Bersambung ...

Minggu, 19 Februari 2023

Novel Februari Ceria Hari ke 15 " Sebuah Perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

 Lanjutan ...

“ayahhhhhh” teriak Sovia pada suaminya itu

“Kenapa bund” Tanya suami Sovia pada dirinya itu

Sovia tak banyak berkata. Segera ia tunjukkan smartphone miliknya. Suaminya pun terkaget tiba-tiba Sovia langsung menyodorkan hendphone kepadanya.

Sesaat setelah mencerna apa yang ia baca. Suami Sovia langsung memeluk dan mencium kening istrinya itu.

“Alhamdulillah, bunda lolos dan mengisi formasi. Selamat ya bunda” bisik suami sovia pada istrinya yang dicintainya itu.

Sovia pun lantas sujud sukur atas segala nikmat yang baru saja ia dapatkan itu. Bibirnya tiada henti mengucapkan tahmid dan takbir. Hatinya merasakan kebahagiaan yang luar biasa sore itu. Mimpi yang selama ini ia impikan kini telah terwujud. Lulus menjadi seorang aparatur sipil Negara.

“Yah, pagi tadi kita bersedih, tapi sore ini Allah langsung menggantinya dengan sesuatu yang luar biasa. Janji Allah itu nyata ya yah. Allahu akbar, ayah…” terdengar suara isak Sovia seraya menutup wajahnya denga kedua tangannya itu.

“Banyak-banyak bersyukur bunda, Allah mengabulkan satu keinginan bunda. Allah tidak mengabulkan semua permintaan kita dalam satu waktu. Allah menunjukkan kuasaNya pada kita bund. Tetaplah menjadi manusia yang rendah hati, jangan sombong dan pandai bersyukur ya bund. Ayah sayang bunda” ucap suami Sovia sambil memeluk istrinya itu.   

“Yah, kabar teman-teman bagaimana ya yah?” Tanya Sovia.

“Kita cek saja bund di pengumuman itu” jawab suami Sovia

Sejenak Sovia dan suami mengecek beberapa nama teman Sovia. Didapatinya beberapa nama teman Sovia pun lulus dan mengisi formasi. Ia kembali mengucap tahmid, akhirnya banyak dari rekannya yang juga lolos di seleksi tahap II ini. Tiba-tiba smartphone Sovia kembali menerima pesan masuk. Rupanya ada bu ira, rekannya yang dulu mengabdi bareng di sekolah lamanya itu.

“Assalammu’alaikum Bu Sovia, selamat ya Bu atas kelulusannya. Turut senang melihat pengumumannya Bu”

“Wa’alaikumsalam, terima kasih Bu Ira. Selamat juga untuk Bu Ira. Akhirnya kita bisa sama-sama lulus meski dengan cara yang tak sama bu. Nikmat tenan ya bu. Bismillah semoga kita berhasil sukses sampai pemberkasan Bu. Amin” balas Sovia pada sahabatnya itu.

Tak lama setelah Sovia dan Bu Ira berbalas pesan. Tiba-tiba ada pesan masuk lagi dari Bu hasna Jepara. Rekannya yang tempo hari tak bisa ikut seleksi di tahap I. Isi pesannya menanyakan kabar dan bagaimana hasil pengumuman Sovia. Disampaikan pula bahwa dirinya lulus dan mengisi formasi di sekolah induknya sekarang.

“Alhamdulillah, saya juga lulus dan mengisi formasi Bu Hasna. Akhirnya air mata kita tempo hari terbalas dengan senyum bahagia hari ini bu”  balas Sovia.

“Iya Bu Sovia. Allah memang punya cara sendiri untuk kita Bu. Selamat untuk kita berdua Bu. Hehhee “

Sovia yang tak ingin melewatkan momen bahagia ini pun, ia bergegas berlari membagikan kabar bahagia ini dengan seluruh keluarganya. Ia percaya bahwa keberhasilannya hari ini juga tak lepas berkat do’a dari orang-orang yang ia cintai, diantaranya yaitu keluarga terlebih orang tuanya.

“Ternyata memang benar, ketika kita ikhlas seikhlasnya pada ketetapan Allah, maka allah akan mengatur segalanya dengan penuh indah juga rahasia. Tak perlu kita turut mendekte Allah. Dia  sangat tahu dari segala apa-apa yang ada di bumi dan di angkasa. Maha bijak dalam mengatur setiap makhluknya. Terima kasih ya Allah. Teruslah tuntun aku untuk menjadi hamba yang Engkau cinta. Amin” gumam sovia dalam hatinya seorang diri.   


Novel Februari Ceria Hari ke 14 " Sebuah Perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

                                                           Hari yang dinanti pun tiba

Hari itu langit tampak cerah. Burung berkicau saling bersautan berlarian diangkasa. Sovia kembali teringat pada kata-kata suaminya tempo hari tentang keterlambatannya datang bulan. Sovia dan suaminya memang tengah menanti kehamilan anak kedua. Segera diambilnya tespek olehnya. Alangkah terkejutnya Sovia pagi itu ketika menjumpai tamu bulanannya telah datang tanpa permisi. Ia menghela nafas panjang. Rupanya keterlambatannya selama sepuluh hari kemarin bukan karena ia hamil. Banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Namun ia tak ingin berprasangka buruk pada Tuhannya. Segara ia temui suaminya kala itu dan menyampaikan kabar pagi itu.

Setelah mendengar kabar dari istrinya itu, suami Sovia berusaha menerima dan menenangkan istrinya yang dari tadi terduduk disamping dirinya itu.

“Bunda nggak usah sedih, mungkin bukan sekarang waktu untuk bunda hamil. Bisa jadi kemarin bunda telat datang bulan itu karena bunda stress banyak fikiran mempersiapkan tes seleksi PPPK. Bisa jadi juga karena bunda kurang istirahat sering begadang belajar. Pada saatnnya nanti Allah pasti akan memberi kepercayaan itu pada kita. Ya” tutur suami Sovia.

“Iya ya yah. Bisa jadi juga begitu.”

“Bunda sekarang banyakin berdo’a. Pengumuman kelulusan hari ini kan bund?” Tanya suami Sovia.

“Iya yah. Ayah juga dong do’ain bunda” rengek Sovia pada suaminya itu.

“Sudah pasti sayang. Tegas suami Sovia pagi itu.  

Sovia dan suaminya kembali melanjutkan aktifitas untuk berangkat bekerja hari itu. Waktu telah menunjukkan pukul 06.40 WIB. Sovia bergegas menuju sekolah setelah menyelesaikan tugas menyuapi sarapan anaknya yang masih kecil itu. Pagi itu Sovia berangkat ke sekolah dengan perasaaan yang tak menentu, namun ia berusaha untuk berdamai dengan dirinya. Ia tak ingin moodnya pagi itu kacau karena harapannya untuk hamil saat ini belum terlaksana. Fokusnya kembali pada perjuangannya beberapa hari yang lalu. Ia kembali melangkahkan kakinya dengan penuh harap semoga Tuhan mengganti berita pagi tadi dengan sesuatu yang lebih indah. Ia percaya bahwa rencana allah jauhlah lebih baik dan indah. Ia mencoba mengikhlaskan atas segala apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi.

Ditengah kesibukannya dalam mengajar, Sovia berusaha terus mengupdate informasi dari BKN dan BKPSDM Pemerintah Kabupaten tentang pengumuman kelulusan seleksi PPPK. Ya hari itu adalah hari yang ditunggu dan dinantikan banyak orang. Semua orang merasakan hati yang tak seperti biasanya. Hari ini penuh haru dan menegangkan. Sovia yang sudah pernah gagal di empat kali tes CPNS, tahun ini ia benar-benar tak ingin kembali merasakan kegagalan itu. Ia terus berdo’a semoga ia menjadi salah satu orang yang beruntung di tahun ini. Harapannya untuk menjadi seorang abdi negara begitu ia impikan sejak lama. Ya, tahun ini pemerintah tak membuka formasi CPNS untuk guru. Semua dialihkan ke PPPK. Semua grup whatsap maupun telegram semua ramai membicarakan dan menanyakan kapan pengumuman itu akan diumumkan. Sovia mencoba menunggu kabar baik itu dengan tetap melakukan aktivitas seperti biasanya. Sesaat ketika pukul 15.00 wib. Smartphone Sovia bordering. Banyat pesan masuk. Dan dilihatnya salah satu pesan dari sahabatnya Tika. Rupanya Tika mengirim sebuah file dan itu adalah file pengumuman seleksi PPPK tahap II. Dibukanya file itu dengan perasaan tenang, tak lupa Sovia membaca do’a tiada henti. Ia tak ingin berlama-lama membuka setiap lembar dari file itu. Ia langsung mengaktifkan tombol searching. Ia ketik namanya, dan puji syukur dilihatnya namanya Soviana Putri dinyatakan lulus dan mengisi formasi. Hatinya serasa lega, bibirnya tiada henti mengucap syukur. Segera ditemuinya sang suami yang saat itu baru saja keluar dari belakang usai mandi. 

Bersambung ...

Novel Februari Ceria Hari ke 13 " Sebuah Perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

 Lanjutan ...

Malam pertama Sovia hanya baru bisa menyelesaikan di soal pertama. Soal selanjutnya ia kerjakan di hari esoknya. Pengerjaan essay guru penggerak memang bisa dikerjakan tidak dalam satu waktu. Hal ini memudahkan bagi para pendaftar (CGP) karena memang proses pengerjaanya butuh pemikiran yang tidak mudah. Due date pendaftaran calon guru penggerak pun tergolong lama, sekitar dua minggu. Beruntung Sovia sudah membuka portalnya jauh-jauh hari.

Sesaat setelah Sovia menutup leptopnya. Smartphonenya berdering, ada pesan masuk dari rekannya Bu Uswatun dari Madura yang juga akan mendaftar CGP.

“Selamat malam Bu Sovia, apakah ibu sudah mulai mengisi essay bu?” Tanya BU uswatun pada Sovia.

“Baru mulai bu, baru dapat soal nomer satu” jawab Sovia pada rekannya itu lewat aplikasi whatsap.

“Uwh, semangat Bu Sovia. Saya sudah selesai”

“Wah, hebat sekali Bu us. Saya dapat satu soal saja serasa sudah lelah, leptop baru saja saya matikan Bu. Bu Us keren. Nanti saya diajari jawabnya ya Bu” pinta sovia pada sosok yang bernama Bu Uswatun itu.

“Bu, jawaban saya seperti orang curhat Bu. Hahaa. Jawab saja ngalir kaya nulis diary Bu” ledek Bu uswatun pada Sovia.

“Hheuuu, ok deh”

“Semangat Bu. Kalau sudah selesai jangan lupa di submit. Biar aku ada temannya. Hhe”

“iyess. Kalau saya sudah selesai nanti saya ngabari Bu Us. Kalau jadi daftar tapi yaaa. hhaaa”

“ok siap” jawab Bu Uswatun singkat.

Malam semakin larut. Hawa dingin rupanya telah masuk menyelinap melawati lubang sisi jendela kamar Sovia. Lekas ia tarik selimut dan segera ia tutupkan pada tubuh mungil anaknya yang sangat ia sayangi.

“Ya rabb, tunjukkanlah jalan yang lurus pada kami. Berkahilah setiap aktifitas kami. Tunjukkanlah kebenaran dan jauhkanlah kami dari segala kesulitan. Jadikanlah kami orang tua yang baik bagi anak-anak kami. Lindungi dan sayangilah dimanapun mereka berada. Amin”

Sovia menutup malam ini dengan berdo’a pada yang kuasa. Ia begitu menyayangi keluarganya. Sesibuk apapun ia bekerja. Ia dan suami selalu berusaha untuk tak lupa menghubungi anaknya. Dinginnya angin malam semakin menusuk tulang, waktu terus berputar. Hanya sesekali terdengar suara cicak yang menempel disudut dinding rumah. Sovia dan keluarganya pun terlelap menyelami dunia mimpi.

***

Novel Februari Ceria hari Ke-28 "Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

  PENGUMUMAN SELEKSI TAHAP II Desis angin malam itu terasa dingin seolah menusuk tulang masuk menembus melalui lubang jendela rumah Sovia....