KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Oleh :
ROBIATUL
ILMIYAH
CGP Angkatan 5
SDN 01 ROWOKEMBU
Kab. Pekalongan
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi
Pratap Triloka KHD yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mbangun
Karso, Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan
dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada
murid. Karena sejatinya seorang guru adalah penuntun yang tugasnya adalah
menuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak
kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Makna kata "Penuntun",
dapat dipahami sebagai "Pemimpin Pembelajaran", yang berpusat pada
murid.
Berlandaskan
filosofi Pratap Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa
kepada perubahan positif pada budi pekerti. budi (cipta, rasa, karsa) dan pekerti
(tenaga/raga) yang seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa
anak pada kebijaksanaan.
Semua
disiplin ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju kepada kebijaksanaan.
Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus berorientasi
kepada murid. Atau bahasa lain yang digunakan KHD adalah " Bebas dari
segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta
sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak".
Pengambilan
keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berpihak
dan memerdekakan murid akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk
mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya
sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Diharapkan bahwa murid akan
lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama
dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai - nilai kebajikan bisa diartikan sikap tertentu yang diyakini baik dan
dijadikan salah satu sendi keutamaan dalam budi pekerti. Contohnya :
kejujuran , tanggung jawab, menghargai, toleransi, baik hati, menghormati,
integritas, kasih sayang, rajin, gotong royong, percaya diri, kesabaran, dan
masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang
perlu diajarkan kepada murid-murid kita.
Untuk
dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan
sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko
yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan
pada anak didik kita.
3. Bagaimana
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah
ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’
yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam
dunia pendidikan Coaching merupakan proses untuk memaksimalkan potensi pada
murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid
mampu untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari
permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.
Proses coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi coachee dalam menemukan
solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang kemudian dituangkan dalam
sebuah tindakan sebagai bentuk tanggung jawab (Alur TIRTA).
Mengingat
kembali filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong), maka
memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah
satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak
(murid). Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan
metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R:
Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air
mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka
biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Guru memiliki
tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas guru adalah
menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu
menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi
dalam dirinya. Hal ini selaras dengan Tujuan coaching yaitu untuk melejitkan
potensi murid agar menjadi lebih merdeka.
Pendekatan
coaching model TIRTA menjadi selaras jika disandingkan dengan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada
anak. Keterampilan coaching akan membantu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi
sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.
Dalam
proses coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan
situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang
sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan
pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching.
Pertanyaan efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan
keterampilan bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi
atau fenomena yang mereka hadapi dan jalani.
4.
Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Dalam
pengambilan keputusan diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness),
pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan
keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil
keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan
seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan
perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika,
pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial. Harapannya proses
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar
dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
5. Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
Sebagai
seorang pendidik seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita
harus mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak
semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu lebih
berupa bujukan moral. Untuk itu diperlukan uji masalah terlebih dahulu dengan 9
langkah dalam pengambilan keputusan.
6. Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sebagai
upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan beberapa
tahap berikut, yaitu :
a. Mengidentifikasi
jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus,
b. Memilih
dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam
dilema pengambilan keputusan,
c. Menerapkan
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan
paradigma di lingkungan Anda?
Mengambil
keputusan untuk masalah/kasus siswa yang melanggar norma akan tetapi
tinggal beberapa bulan siswa sudah lulus.
Ketika
berhadapan pada suatu dilema etika individu lawan kelompok (dalam konteks di
sekolah). Kecenderungan pendapat individu akan terpatahkan oleh kelompok besar.
Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan kenaikan kelas bagi anak yang
memiliki kompetesi pengetahuan rendah tetapi memiliki nilai karakter yang baik.
Trauma
dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu
Kekhawatiran
jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik (merugikan) bagi
sebagian besar suatu pihak.
8. Apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran
yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pada
konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang
berpihak pada murid. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru
dalam proses pembelajaran hendaknya dapat "menuntun" dan memberikan
ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat
dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian
murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya
sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.
9. Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang
pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai
konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika
sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan
disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa,
maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal
seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip,
Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih
banyak lagi.
Keputusan-keputusan
yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi
seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi murid
untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
10.
Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Guru
sebagai pendidik yang peran utamanya adalah "menuntun" segala kodrat
yang dimiliki oleh anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya, agar anak
meraih kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses menuntun, guru berperan
sebagai pamong, dengan menerapkan pratap trikolaka ing ngarso sung thulodo, ing
madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani dalam kepemimpinannya di
pembelajaran. Pratap Triloka KHD yang dikedepankan oleh guru dalam pengambilan
keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada budi pekerti anak.
Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin
ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju kepada KEBIJAKSANAAN.
Dibutuhkan
nilai-nilai kebajikan agar setiap keputusan yang diambil oleh guru merupakan
keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak,
terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Nilai-nilai
kebajikan tersebut dapat berupa : keadilan, tanggung Jawab, kejujuran,
bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen,
percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai
kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita.
Selain itu terdapat nilai khusus bagi Calon guru Penggerak yang akan menjadi
role model bagi murid yaitu : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan
berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip
pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak .
Selain
itu, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri
(self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta
interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan,
serta norma sosial. Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi
yang ada. Karena di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan
fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar
dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil.
Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan
yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada
keputusan yang lebih responsif dan reflektif.
Setiap
keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh
sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab,
nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.
Sebagai
upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan
bebrapa tahap berikut, yaitu :
-
Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma
dilema etika yang sesui dari suatu kasus
-
Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip
yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan
keputusan.
-
Menerapkan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika
-
bersikap reflektif, kritis, dan kreatif
dalam proses tersebut
11.
Sejauh
mana pemahaman Anda tentang konsep - konsep yang telah Anda pelajari di modul
ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan,
3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dilema etika adalah kasus dimana ada dua nilai kebajikan
yang saling bertentangan, jadi keputusan diambil yang paling tepat antara nilai
mana yang paling baik diantara satunya, dalam arti benar vs benar. Sedangkan
bujukan moral adalah kasus antara benar dan salah.
paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika :
a.
Individu lawan kelompok (individual vs community)
b.
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
c.
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
d.
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
3 prinsip penyelesaian dilema, yaitu:
a.
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
b.
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
c.
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
9 Langkah pengujian pengambilan keputusan:
a.
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
b.
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
c.
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
d.
Pengujian benar atau salah
e.
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
f.
Melakukan Prinsip Resolusi
g.
Investigasi Opsi Trilema
h.
Buat Keputusan
i.
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Hal-hal
yang berada di luar dugaan adalah terkadang ada kasus dilema etika yang kita
anggap sebagai bujukan.
12. Sebelum
mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang
Anda pelajari di modul ini?
Sebenarnya
mungkin pernah saya menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam
situasi moral dilema. Ceritanya seperti ini, sebagai seorang pendidik di akhir semester
tentunya harus mengolah nilai murid sebagai nilai akhir. Ada beberapa murid yang
hasil akhirnya setelah diolah belum memenuhi nilai KKM. Padahal dalam
kesehariannya murid tersebut adalah murid yang baik, sopan dan patuh pada guru.
Jadi bingung apakah memberikan nilai kurang dari
KKM
atau tidak. Setelah diadakannya musyawarah dengan majelis guru dan kepala sekolah,
diputuskan untuk memenuhi nilai KKM dengan pertimbangan murid tersebut adalah
murid yang baik, sopan dan patuh, karena nilainya pun memang kurang sedikit
lagi dalam memenuhi KKM. Bedanya dengan apa yang saya pelajari di modul ini
adalah bahwasanya pengambilan keputusan itu menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip
dan 9 langkah pengambilan keputusan. Kalau dulu yang penting keputusan yang
diambil tidak merugikan satu pihak, secara adil dan bijaksana.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini
buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak
mempelajari konsep ini bagi saya adalah berubahnya mindset tentang bagaimana
cara mengambil suatu keputusan yang baik dengan memperhatikan 4 paradigma, 3
prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan supaya dihasilkan suatukeputusan
yang baik, adil dan bijaksana. Selama ini saya mengambil keputusan yang saya
anggap benar menurut diri saya sendiri.. Saya kurang peduli dengan resiko dari
keputusan yang saya ambil, dan saya kurang mempertimbangkan nilai-nilai
kebajikan universal. Saya memutuskan sesuatu yang baik buruknya itu berdasarkan
diri saya sendiri. Sekarang saya menyadari bahwa sebuah keputusan harus diambil
dengan penuh pertimbangan, hati-hati, tidak terburu-buru, mengutamakan kepentingan
bersama, dan harus ada nilai-nilai kebajikan dalam keputusan tersebut.
14. Seberapa
penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda
sebagai seorang pemimpin ?
Sebagai
seorang individu, topik ini sangat penting untuk dipelajari agar saya bisa
introspeksi dan evaluasi diri bagaimana selama ini saya dalam mengambil
keputusan dan bagaimana seharusnya saya membuat keputusan yang tepat sehingga
tidak hanya menguntungkan diri saya sendiri namun mengutamakan kepentingan bersama.
Keputusan yang diambil nantinya adalah keputusan yang adil, bijaksana dan dapat
dipertanggungjawabkan. Tidak ada yang merasa dirugikan, karena prinsipnya untuk
kemajuan dan kepentingan bersama.Sebagai pemimpin, topik ini penting untuk
membenahi diri saya agar bisa memutuskan sesuatu yang terbaik untuk murid –
murid saya, rekan sejawat, keluarga dan masyarakat. Guru adalah teladan bagi
murid - muridnya. Sekecil apapun dan bagaimanapun permasalahan yang ada harus
dicari solusi yang tepat agar keputusan yang diambil berpihak pada murid, dapat
dipertanggungjawabkan dan memuat nilai - nilai kebajikan.
TERIMA KASIH