Minggu, 30 Oktober 2022

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Oleh :

ROBIATUL ILMIYAH

CGP Angkatan 5

SDN 01 ROWOKEMBU

Kab. Pekalongan

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.

1.    Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pratap Triloka KHD yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Karena sejatinya seorang guru adalah penuntun yang tugasnya adalah menuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Makna kata "Penuntun", dapat dipahami sebagai "Pemimpin Pembelajaran", yang berpusat pada murid.

Berlandaskan filosofi Pratap Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada budi pekerti. budi (cipta, rasa, karsa) dan pekerti (tenaga/raga) yang seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. 

Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju kepada kebijaksanaan. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus berorientasi kepada murid. Atau bahasa lain yang digunakan KHD adalah " Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak".

Pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berpihak dan memerdekakan murid akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Diharapkan bahwa murid akan lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.

 

2.    Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai - nilai kebajikan bisa diartikan sikap tertentu yang diyakini baik dan dijadikan salah satu sendi keutamaan dalam  budi pekerti. Contohnya : kejujuran , tanggung jawab, menghargai, toleransi, baik hati, menghormati, integritas, kasih sayang, rajin, gotong royong, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita.

Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.

 

3.     Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Dalam dunia pendidikan Coaching merupakan proses untuk memaksimalkan potensi pada murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid mampu untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Proses coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi coachee dalam menemukan solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang kemudian dituangkan dalam sebuah tindakan sebagai bentuk tanggung jawab (Alur TIRTA).

Mengingat kembali filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong), maka memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid). Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas guru adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya. Hal ini selaras dengan Tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka.

Pendekatan coaching model TIRTA menjadi selaras jika disandingkan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada anak. Keterampilan coaching akan membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.

Dalam proses coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching. Pertanyaan efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan keterampilan bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi atau fenomena yang mereka hadapi dan jalani.

 

4.    Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dalam pengambilan keputusan diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial. Harapannya proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik

Sebagai seorang pendidik seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita harus mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu lebih berupa bujukan moral. Untuk itu diperlukan uji masalah terlebih dahulu dengan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.

 

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan beberapa tahap berikut, yaitu :

a.    Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus,

b.    Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan,

c.    Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika.

 

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Mengambil keputusan  untuk masalah/kasus siswa yang melanggar norma akan tetapi tinggal beberapa bulan siswa sudah lulus.

Ketika berhadapan pada suatu dilema etika individu lawan kelompok (dalam konteks di sekolah). Kecenderungan pendapat individu akan terpatahkan oleh kelompok besar. Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan kenaikan kelas bagi anak yang memiliki kompetesi pengetahuan rendah tetapi memiliki nilai karakter yang baik.

Trauma dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu

Kekhawatiran jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik (merugikan) bagi sebagian besar suatu pihak.

 

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat "menuntun" dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.

 

10.    Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Guru sebagai pendidik yang peran utamanya adalah "menuntun" segala kodrat yang dimiliki oleh anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya, agar anak meraih kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses menuntun, guru berperan sebagai pamong, dengan menerapkan pratap trikolaka ing ngarso sung thulodo, ing madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani dalam kepemimpinannya di pembelajaran. Pratap Triloka KHD yang dikedepankan oleh guru dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada budi pekerti anak. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputusan harus menuju kepada KEBIJAKSANAAN.

 

Dibutuhkan nilai-nilai kebajikan agar setiap keputusan yang diambil oleh guru merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Nilai-nilai kebajikan tersebut dapat berupa : keadilan, tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Selain itu terdapat nilai khusus bagi Calon guru Penggerak yang akan menjadi role model bagi murid yaitu : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak .

Selain itu, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial. Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Karena di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil. Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid.

Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :

 

-          Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus

-          Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.

-          Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika

-          bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut

 

11.    Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep - konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika adalah kasus dimana ada dua nilai kebajikan yang saling bertentangan, jadi keputusan diambil yang paling tepat antara nilai mana yang paling baik diantara satunya, dalam arti benar vs benar. Sedangkan bujukan moral adalah kasus antara benar dan salah.

paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika :

a. Individu lawan kelompok (individual vs community)

b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3 prinsip penyelesaian dilema, yaitu:

a. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

9 Langkah pengujian pengambilan keputusan:

a. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

b. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

c. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi   ini.

d. Pengujian benar atau salah

e. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

f. Melakukan Prinsip Resolusi

g. Investigasi Opsi Trilema

h. Buat Keputusan

i. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Hal-hal yang berada di luar dugaan adalah terkadang ada kasus dilema etika yang kita anggap sebagai bujukan.

 

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebenarnya mungkin pernah saya menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Ceritanya seperti ini, sebagai seorang pendidik di akhir semester tentunya harus mengolah nilai murid sebagai nilai akhir. Ada beberapa murid yang hasil akhirnya setelah diolah belum memenuhi nilai KKM. Padahal dalam kesehariannya murid tersebut adalah murid yang baik, sopan dan patuh pada guru. Jadi bingung apakah memberikan nilai kurang dari

KKM atau tidak. Setelah diadakannya musyawarah dengan majelis guru dan kepala sekolah, diputuskan untuk memenuhi nilai KKM dengan pertimbangan murid tersebut adalah murid yang baik, sopan dan patuh, karena nilainya pun memang kurang sedikit lagi dalam memenuhi KKM. Bedanya dengan apa yang saya pelajari di modul ini adalah bahwasanya pengambilan keputusan itu menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Kalau dulu yang penting keputusan yang diambil tidak merugikan satu pihak, secara adil dan bijaksana.

 

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak mempelajari konsep ini bagi saya adalah berubahnya mindset tentang bagaimana cara mengambil suatu keputusan yang baik dengan memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan supaya dihasilkan suatukeputusan yang baik, adil dan bijaksana. Selama ini saya mengambil keputusan yang saya anggap benar menurut diri saya sendiri.. Saya kurang peduli dengan resiko dari keputusan yang saya ambil, dan saya kurang mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal. Saya memutuskan sesuatu yang baik buruknya itu berdasarkan diri saya sendiri. Sekarang saya menyadari bahwa sebuah keputusan harus diambil dengan penuh pertimbangan, hati-hati, tidak terburu-buru, mengutamakan kepentingan bersama, dan harus ada nilai-nilai kebajikan dalam keputusan tersebut.

 

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin ?

Sebagai seorang individu, topik ini sangat penting untuk dipelajari agar saya bisa introspeksi dan evaluasi diri bagaimana selama ini saya dalam mengambil keputusan dan bagaimana seharusnya saya membuat keputusan yang tepat sehingga tidak hanya menguntungkan diri saya sendiri namun mengutamakan kepentingan bersama. Keputusan yang diambil nantinya adalah keputusan yang adil, bijaksana dan dapat dipertanggungjawabkan. Tidak ada yang merasa dirugikan, karena prinsipnya untuk kemajuan dan kepentingan bersama.Sebagai pemimpin, topik ini penting untuk membenahi diri saya agar bisa memutuskan sesuatu yang terbaik untuk murid – murid saya, rekan sejawat, keluarga dan masyarakat. Guru adalah teladan bagi murid - muridnya. Sekecil apapun dan bagaimanapun permasalahan yang ada harus dicari solusi yang tepat agar keputusan yang diambil berpihak pada murid, dapat dipertanggungjawabkan dan memuat nilai - nilai kebajikan.

 

TERIMA KASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Februari Ceria hari Ke-28 "Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

  PENGUMUMAN SELEKSI TAHAP II Desis angin malam itu terasa dingin seolah menusuk tulang masuk menembus melalui lubang jendela rumah Sovia....