Senin, 05 September 2022

 

“ MENGATASI WRITER’S BLOCK”

Oleh : Robiatul Ilmiyah

Gelombang                  : 27

Pertemuan `                 : 7 ( 5 September 2022)

Moderator                   : Raliyanti

Nara sumber                : Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.

 



Pada hari ini senin malam selasa tanggal 5 September 2022 pukul 19.00 wib – selesai saya melanjutkan mengikuti kelas belajar menulis bersama PGRI. Nara sumber pada kesempatan kali ini adalah ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr. Beliau adalah guru IPA dari Subang Jawa barat. Seorang guru dengan segudang prestasi. Banyak buku hasil karya beliau dan banyak pula penghargaan yang beliau raih, diantaranya Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang sebagai guru berprestasi pada tahun 2021.



Mengatasi Writer’s Block adalah materi yang akan disampaikan oleh bu Ditta pada pertemuan kali ini. Beliau menjelaskan bahwa ketika kita sedang menullis dan tiba-tiba kita berhenti seolah kehabisan ide, tangan enggan bergerak menulis itu artinya kita tengah mengalami writer’s block. Yaitu sebuah keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya.

Sulit fokus, tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari biasanya, atau merasa stres dan frustasi untuk menulis merupakan sebagian dari tanda-tanda kita terserang WB (writer's block). Ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional. Writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis. Artinya, orang yang sudah memiliki komitmen tinggi dalam menulis pun, masih bisa terserang WB. Begitu pula dengan penulis ahli, apa pun bidang tulisannya. Masih bisa terserang WB.

WB bisa menyerang di awal, tengah, maupun akhir tulisan. Lalu, apa sebetulnya yang menyebabkan WB? Bagaimana pula cara mengatasinya? WB memang bisa menyerang siapa pun dan kapan pun. Yang terpenting ketika WB menyerang adalah, kita segera sadar dan cepat ambil tindakan untuk menyingkirkan WB tersebut. Bila tidak, bisa jadi WB akan melekat berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan (semoga tidak) berbulan-bulan. Salah satu cara terbaik mengatasi WB adalah dengan mengenali penyebabnya.

Mencoba metode/topik baru dalam menulis bisa jadi salah satu penyebab WB.

Tak hanya topik baru, metode baru dalam menulis pun bisa membuat kita terserang WB. Misal jika kita terbiasa menulis karya tulis ilmiah. Kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang berbeda. Pada kasus ini, mempelajari teknik dan banyak berlatih menulis merupakan solusi terbaik untuk meminimalkan dampak WB.

Hal kedua yang bisa menyebabkan WB adalah stres.

Dalam sebuah jurnal berjudul "Stres dan Solusinya dalam Perspektif Psikologi dan Islam" yang ditulis oleh Admin Admin dan Himma (2019) disebutkan bahwa stres adalah respon tubuh yang diakibatkan karena adanya tuntutan dari luar diri individu yang melebihi kemampuan dalam memenuhi tuntutan.

Untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut. Di saat seperti ini, kita bisa melakukan hal yang bisa merefresh fikiran kita dengan healing, jalan-jalan, atau melakukan hobi lainnya yang insya Allah bisa segera mengusir WB.

Penyebab yang terakhir adalah terlalu perfeksionis.

Terlalu perfeksionis dapat dilihat dari bebrapa pertanyyan yang muncul pada diri sendiri. Diantaranya yaitu dapat berupa :

-          ada gak ya yang bakal baca tulisanku nanti?

-          Duh, takut dibilang jelek tulisannya sama orang lain

-          Ejaannya sudah bener belum ya?

-          Dan sebagainya.

Terlalu berfikir perfeksionis dapat menghambat seseorang dalam menghasilkan karya. Biasanya ketika seseorang sudah pernah menulis artikel dan banyak yang membaca. Berikutnya adalah focus berfikir tentang bagaimana supaya lebih banyak lagi yang membaca.

Menjadi seorang penulis harus yakin bahwa setiap dari tulisan kita pasti memiliki jodoh pembacanya. Seperti halnya pedagang dipasar. Pedagang cabai yang berjejer rapi di pasar pun mereka tidak khawatir akan barang dagangannya. Akrena meraka percaya bahwa barang jualannya itu pasti memeiliki jodoh pembeli masing-masing yang sudah disiapkan oleh Yang Maha Pemberi rizki.

Kita kadang melihat ada seorang penulis yang menulis dan menerbitkan bukunya. Kemudian dia mencetak ulang bukunya dengan hasil revisian I, II atau bahkan III malah kadang ada yang lebih. Begitulah manusia. Untuk menghasilkan karya yang baik butuh perjuangan yang berulang. Jatuh bangun adalah hal yang lumrah untuk bisa menjadi sukses.

Demikian resume pertemuan ke 7 di kelas belajar menulis bareng PGRI dengan tema mengatasi write’s block. Semoga bermanfaat.

Terima kasih

Salam literasi!

2 komentar:

Novel Februari Ceria hari Ke-28 "Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

  PENGUMUMAN SELEKSI TAHAP II Desis angin malam itu terasa dingin seolah menusuk tulang masuk menembus melalui lubang jendela rumah Sovia....