Selasa, 14 Februari 2023

Novel Februari Ceria Hari Ke-10 "Sebuah Perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

lanjutan ...

Pagi siang malam Sovia sering menghabiskkan waktu untuk belajar dengan tidak meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu di rumah. Ia tetap mengurus rumah, suami dan anaknya dengan penuh kasih sayang. Baginya keluarga adalah hal utama yang harus ia dahulukan. Selain belajar dari kuis yang ia ikuti dari grup telegram ia juga belajar dari modul yang ia beli secara online dan buku mata pelajaran kelas tinggi Sekolah Dasar. Berdasarkan pengalaman dari para peserta seleksi PPPK tahap I, banyak soal pengetahuan yang diambil dari kelas tinggi Sekolah Dasar. Saat ia hendak belajar membuka modul, tiba-tiba suaminya mendekatinya sambil berkata,

“Bunda ko sepertinya bulan ini belum datang bulan ya? Bukankah ini sudah jadwalnya bunda datang bulan? Jangan-jangan….. suaminya tiba-tiba menghentikan obrolannya seraya mengambil kalender yang tertempel di dinding kamarnya.

“Apa yah?” Tanya Sovia heran.

“Bunda sudah telat sepuluh hari bund. Semoga semoga semogaaaa. Amin”

“Apa si yah? Hamil”Tanya Sovia.

“Iya lah bund. Kan katanya pengen punya dedek bayi? Jawab suami Sovia.

“Oh iya. Hee.” Jawab Sovia singkat.

“Bunda ko responnya gitu”

“Yah, cek tespeknya nanti saja ya kalau bunda sudah selesai tes. Hee. Biar mantap dan fokus dulu” pinta Sovia pada suaminya itu.

“Ok. Siap menanti kejutan itu bund.”

Hari yang dinanti pun tiba. Sovia mendapat jadwal tes pada kamis siang pukul 13.00 di SMA 1 Karimata. Pukul 12.00 wib seusai solat dhuhur suami Sovia mengantar dirinya menuju lokasi tes. Ia seorang diri waktu itu dari kecamatannya. Teman-teman satu kecamatannya ada yang sudah tes pagi tadi dan juga hari esok. Ruang XI adalah tempat Sovia berjuang. Langkah demi langkah ia ayunkan menuju ruang XI. Ia mendapat komputer di pinggir dan menghadap tembok dekat dengan teknisi. Sebelum menyentuh mouse, tak lupa ia panjatkan do’a pada Yang Kuasa berharap diberikan kemudahan dan kesuksesan.

Mouse pun mulai digerakkan dan Sovia memasukkan password yang didapat dari teknisi di ruang ujian. Soal pertama yang ia dapat adalah tipe Teknis kemudian sosio kultural dan managerial dan wawancara. Ia baca satu persatu soal yang muncul dengan penuh ketelitian dengan tetap memperhatikan waktu yang terus berjalan mundur. Hatinya berbisik, “soalnya mirip saperti yang dapatkan dari kuis-kuis di telegram, mirip FR yang tes tahap I. Pokokmya bismillah” begitu gumamnya dalam hati kecilnya.

Ketika semua soal telah berhasil ia selesaikan dan Sovia akan mengsubmit soal ujian, hatinya berdetak kencang. Ia tak berani mengsubmit. Ia ingin waktu habis dengan sendirinya sehingga akan otomatis tersubmit oleh sistem. Sambill menunggu waktu mundur habis, Sovia terus berdo’a pada Tuhan. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini setelah ikhtiar barus aja ia selesaikan di kursi yang ia duduki saat ini. Ia tak ingin berfikir banyak. Hanya satu yang difikirannya, positif thinking pada Tuhan dan memasrahkan semuanya pada Tuhan. Pasrah sepasrah-pasrahnya dan ikhlas seikhlas-ikhlasnya pada Tuhan. Ketika waktu menunjukkan 00.00.01 Sovia menutup matanya. Ia seperti tak berani melihat angka yang tertera di layar monitor. Tubuhnya seolah lemah. Ia sungguh tak berani. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang.

“Udah, buka matanya. Itu bagus Bu” begitu yang ia dengar dari sosok ibu yang tiba-tiba berdiri dibelakangnya.

Sovia pun membuka matanya. Ia harus berani melihat dan menerima berapapun angka yang ia dapat dari hasil usahanya itu. Ia tak mungkin terus menutup mata. Jika ingin merubah nasib, maka ia harus berani mengambil langkah. Setiap keputusan pastilah memiliki resiko. Berada di ruang ujian memanglah menegangkan.

Dan betapa bahagianya Sovia saat itu didapatinya angka di layarnnya dengan nilai teknis 325, sosio – managerial 190 dan wawancara 100. Secara nilai ambang batas Sovia lulus. Ia berharap semoga ia menjadi peserta tunggal di formasi yang ia pilih saat ini yaitu sekolah induknya sekarang. Sebelum keluar meninggalkan ruang ujian, Sovia dan bebarapa peserta ujian saling mengucapkan selamat kepada mereka yang lolos. Sovia tak cukup lama di dalam ruang setelah ia mengetahui berapa nilai ujiannya siang itu. Ia segera keluar ruang dan mencari suaminya yang telah setia menunggu di luar ruang. Segera dicarinya sosok bertubuh tinggi yang ia nikahi sejak enam tahun silam. Didapatinya seseorang dengan baju batik ungu yang berdiri di dekat motor di lapangan basket. Ya lapangan basket hari itu telah berubah menjadi lahan parker bagi para peserta tes seleksi PPPK tahap II. Segera ia mendekati namun tiba-tiba langkahnya terhenti. Ternyata yang dilihatnya itu bukanlah suaminya. Rupanya pandangannya mulai sedikit kabur. Hanya bajunya saja yang mirip dengan baju yang suaminya punya.

“Oh ya lupa, ayah kan tadi memakai kaos hitam ya. Haduh hampir saja salah orang.” Begitu bisiknya seorang diri.

Tiba-tiba ada yang memanggilnya dari arah samping. Rupanya suami Sovia baru saja dari toilet. Sovia tak banyak berkata pada suaminya. Ia hanya menunjukkan kertas soal yang sempat ia tuliskan nilai dibaliknya yang ia dapat saat tes di dalam ruangan tadi.

“Alhamdulillah, selamat bunda. Semoga bunda berhasil lolos sampai mendapat SK” tutur suami Sovia sambil memeluk istrinya itu.

Keduanya pun kemudian pulang dengan naik motor bebek miliknya. Sepanjang perjalanan Sovia bersyukur dan terus berdo’a karena pengumuman kelulusan belum keluar. Ditengah perjalanan smartphone miliknya terus bergetar. Banyak pesan masuk yang menanyakan perihal hasil ujiannya tadi. Sovia belum mau membuka pesan. Ia masih ingin mentralkan dirinya dulu yang baru saja bergelut dengan suasanya yang baginya sangat menyita emosi batinnya itu.

Setibanya di rumah, Sovia segera memeluk anaknya dan terus bersyukur dan masih terus berd’a. malam itu Sovia pun belum ingin membuka smartphone miliknya. Ia ingin istirahat lebih awal dari biasanya karena memang bebrapa hari ini ia kurang istirahat.

Keesokan harinya saat tiba di sekolah, Sovia baru bisa membalas pesan teman-temannya yang masuk dari kemarin sore. Ia terharu ternyata banyak orang yang perhatian pada dirinya.  Sesaat setelah Sovia melangkah dan duduk di bangkunya, ia tiba-tiba mendapat banyak pertanyaan dari rekan – rekannya yang juga ingin mengetahui hasil Sovia tes hari kemarin. Disampaikannya pula tentang hasil yang ia peroleh. Semua rekannya pun mengucapkan selamat dan tetap mengingatkan Sovia untuk tidak berhenti berdo’a karena perjuangan Sovia belum berakhir. Sovia pun mengucapkan terima kasih dan bersyukur memiliki rekan yang baik dan sayang pada dirinya itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Februari Ceria hari Ke-28 "Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

  PENGUMUMAN SELEKSI TAHAP II Desis angin malam itu terasa dingin seolah menusuk tulang masuk menembus melalui lubang jendela rumah Sovia....