Selasa, 21 Februari 2023

Novel Februari Ceria hari Ke-17 : Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak

Lanjutan ....

Pada pertanyaan kedua ia diminta untuk menuliskan pengalaman tantangan yang pernah ia temui ketika menjalin komunikasi atau bekerja sama dengan orang lain, bagaimana kejadiannya dan bagaimana pula solusi yang telah diambil Disini Sovia seolah merasa galau. ia bingung mau menuliskan kalimat apa. Sebisanya pun ia mulai menuliskan apa yang ada dibenaknya kala itu. Baginya ketika kata yang ia tulis telah mencukupi jumlah karakter yang diminta oleh sistem, hatinya merasa senang dan bahagia. “kenapa bahagiaku receh sekali ya, cukup melihat  jumlah karakter saja sudah happy” gumam Sovia dalam hati sambil tersenyum seorang diri di depan monitor yang sedari tadi membersamai waktu sorenya.

Ketika tiba pada soal ketiga, ia diminta untuk menuliskan pengalaman dalam menghadapi situasi yang paling menantang, kompleks atau sulit saat menjalankan tugas. Baginya, dalam sebuah pekerjaan pastilah seseorang pernah mengalami situasi yang menantang dan sulit. Disini Sovia pun kembali dihadapkan pada situasi yang sulit. Ia bingung hendak menuliskan apa. Tiba-tiba sejenak ia berfikir “pengalaman yang menantang? Bukankah saat ini juga diriku tengah dihadapkan dengan sebuah situasi yang menantang. Menjawab pertanyaan essay yang dikira mudah tapi ternyata tidak bisa dihabiskan dalam sekali waktu? Aagghhh, memang ini menantang. Siapa suruh coba daftar CGP” hatinya kesal karena ia belum menemukan kata apa yang hendak ia tulis. Diraihnya secangkir kopi yang telah ia sediakan dan mulai mendingin itu. Saking fokusnya sampai-sampai ia pun lupa pada secangkir kopi yang telah ia sediakan sebelumnya. Meski Sovia adalah seorang perempuan, terkadang menikmati kopi hitam. Baginya kopi hitam adalah sebuah minuman yang juga bisa dinikmati oleh kaum hawa. Bagi Sovia, setiap ia selesai minum kopi hitam fikirannya akan mudah untuk diajak berfikir.

Tanpa ia sadari ternyata mega merah mulai tampak di ufuk barat sebagai tanda bahwa malam kan segera tiba. “Tuh kan. Belum selesai tiba-tiba sudah mau maghrib. Bakal sampai kapan ini essaynya selesai” kembali ia menyampaikan sedikit kekesalan pada dirinya. Ia pun menutup leptop dan beranjak menghampiri anak dan suaminya itu.

“Sudah selesai bund?” Tanya suami Sovia pada dirinya itu.

“Belum yah, soalnya singkat tapi jawabnnya panjang loh yah” tegas Sovia pada suaminya.

“Sepanjang apa si bun? Paling juga satu layar leptop” ledek suami Sovia.

“Ayah,,,, layarnya satu. Tapi yang dihitung karakter huruf ayah…” rengek Sovia membela diri.

“Iya, iya maaf. Kalau belum selesai bisa dilanjut nanti malam bund. Sudah mau maghrib, solat jama’ah dulu yuk” ajak suami Sovia.

Sovia hanya mengangguk menandakan ia setuju pada ajakan suaminya untuk solat berjama’ah malam itu.

Usai solat maghrib berjam’ah dan makan malam, Sovia ingin kembali melanjutkan mengerjakan essay CGP. Meski ia kesal pada sore tadi, tetap saja batinnya merasa tertantang untuk bisa menyelesaikan essay. Kembali dibukanya leptop yang sedari sore belum juga beranjak dari meja ruang depan rumah Sovia. Sesaat setelah Sovia menekan tombol power, tiba-tiba anaknya datang menghampiri,

“Bunda ko belajarnya tidak selesai-selesai sih” protes anak Sovia pada dirinya yang kembali hendak menyalakan leptop.

“Bunda masih ada pekerjaan, boleh tidak kalau bunda menyelesaikannya dulu sayang? Adek boleh main disamping bunda ko.” Pinta Sovia pada anaknya itu.

“Boleh” jawab anak Sovia singkat sembari memajukan sedikit bibir bawahnya itu yang seolah terpakasa memberi ijin pada bundanya itu.

Sovia pun kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terputus pada adzan maghrib tadi.

Kali ini Sovia melanjutkan pada soal ketiga, keempat dan kelima. Setelah dirasa selesai menjawab kelima soal yang ada pada essay CGP, Sovia tak ingin terburu-buru untuk mengirim dan mengklik telah tertidur di sampingnya bersama mainannya yang tumpah ruah berserakan tak menentu. Melihat anaknya yang sudah lelap mungkin karena kelelahan usai mainan itu, hatinya merasa sedih dan bersalah.

“Maafin bunda ya nak, bunda sibuk dari tadi sampai kamu tertidur begini bersama mainanmu” Sovia mengecup kening anaknya dan lekas membawanya masuk ke kamar.

“Ayah, bunda boleh minta tolong tidak yah? Tolong essay yang sudah bunda ketik dicekkan yah, siapa tahu ada kata yang kurang pas atau salah-salah katik. Hhhee. Terima kasih ayah sayang” tutur Sovia seolah memaksa pada suaminya itu.

Suami Sovia yang saat itu tengah menonton bola di televisi pun mengiyakan dan meraih leptop untuk memenuhi permintaan istrinya itu. Namun Sovia sedikit kesal, karena sudah hampir lima belas menit lamanya, rupanya meski leptop telah dipegang sang suami namun pandangannya tetap kedepan memperhatikan kemana arah bola ditendang. Sovia seolah meradang pada suaminya malam itu. Akan tetapi ia tak bisa berkata banyak. Karena memang laki-laki ketika sudah menonton bola maka perhatiannya akan terbagi pada bola.

“Ayahhhh” panggil Sovia pada suaminya.

“Eh, ia bund. Maaf maaf. Ini masih nanggung sebentar lagi selesai bund” ucap suami Sovia

Sekesal-kesanya Sovia pada suaminya, namun Sovia tetap bersyukur. Karena suaminya mau membantunya dan juga mau diajak kerja sama.

Setelah acara bola selesai, fokus suami Sovia pun beralih pada layar monitor leptop yang ada di depannya. Suami Soviapun melaksanakan apa yang diminta Sovia. Mengoreksi, memberi saran dan membetulkan jika ada yang salah pada isian essay Sovia.

Malam itu mata Sovia sudah mulai berat dan mengantuk. Ditahannya meski berat, karena ia tak ingin meninggalkan suaminya terjaga seorang diri sementara ia tertidur lelap.

“Sudah bund. Terus langkah selanjutnya apa bund? Dikirim?” Tanya suami Sovia.

“Jangan dulu yah, kirimnya besok saja. Bunda mau Tanya teman-teman bunda dulu yah” jawab Sovia.

“Begitu? Ok. Terserah bunda saja”

Sebelum Sovia mengakhiri aktivitasnya dengan tidur, Sovia membuka smartphone miliknya dan dilihatnya grup telegram miliknya, barang kai ada info yang belum ia lihat.

“Rupanya banyak juga teman-teman yang belum selesai menjawab essay CGP. Ah, sudahlah. Jangan buru-buru ah” gumam Sovia

                                                              ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Februari Ceria hari Ke-28 "Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

  PENGUMUMAN SELEKSI TAHAP II Desis angin malam itu terasa dingin seolah menusuk tulang masuk menembus melalui lubang jendela rumah Sovia....