Pada
pertanyaan kedua ia diminta untuk menuliskan pengalaman tantangan yang pernah
ia temui ketika menjalin komunikasi atau bekerja sama dengan orang lain,
bagaimana kejadiannya dan bagaimana pula solusi yang telah diambil Disini Sovia
seolah merasa galau. ia bingung mau menuliskan kalimat apa. Sebisanya pun ia
mulai menuliskan apa yang ada dibenaknya kala itu. Baginya ketika kata yang ia
tulis telah mencukupi jumlah karakter yang diminta oleh sistem, hatinya merasa
senang dan bahagia. “kenapa bahagiaku receh sekali ya, cukup melihat jumlah karakter saja sudah happy” gumam Sovia
dalam hati sambil tersenyum seorang diri di depan monitor yang sedari tadi
membersamai waktu sorenya.
Ketika
tiba pada soal ketiga, ia diminta untuk menuliskan pengalaman
dalam menghadapi situasi yang paling menantang, kompleks atau sulit saat
menjalankan tugas. Baginya, dalam sebuah pekerjaan pastilah seseorang pernah
mengalami situasi yang menantang dan sulit. Disini Sovia pun kembali dihadapkan
pada situasi yang sulit. Ia bingung hendak menuliskan apa. Tiba-tiba sejenak ia
berfikir “pengalaman yang menantang? Bukankah saat ini juga diriku tengah
dihadapkan dengan sebuah situasi yang menantang. Menjawab pertanyaan essay yang
dikira mudah tapi ternyata tidak bisa dihabiskan dalam sekali waktu? Aagghhh,
memang ini menantang. Siapa suruh coba daftar CGP” hatinya kesal karena ia
belum menemukan kata apa yang hendak ia tulis. Diraihnya secangkir kopi yang
telah ia sediakan dan mulai mendingin itu. Saking fokusnya sampai-sampai ia pun
lupa pada secangkir kopi yang telah ia sediakan sebelumnya. Meski Sovia adalah
seorang perempuan, terkadang menikmati kopi hitam. Baginya kopi hitam adalah
sebuah minuman yang juga bisa dinikmati oleh kaum hawa. Bagi Sovia, setiap ia
selesai minum kopi hitam fikirannya akan mudah untuk diajak berfikir.
Tanpa ia sadari ternyata mega merah
mulai tampak di ufuk barat sebagai tanda bahwa malam kan segera tiba. “Tuh kan.
Belum selesai tiba-tiba sudah mau maghrib. Bakal sampai kapan ini essaynya
selesai” kembali ia menyampaikan sedikit kekesalan pada dirinya. Ia pun menutup
leptop dan beranjak menghampiri anak dan suaminya itu.
“Sudah selesai bund?” Tanya suami
Sovia pada dirinya itu.
“Belum yah, soalnya singkat tapi
jawabnnya panjang loh yah” tegas Sovia pada suaminya.
“Sepanjang apa si bun? Paling juga
satu layar leptop” ledek suami Sovia.
“Ayah,,,, layarnya satu. Tapi yang
dihitung karakter huruf ayah…” rengek Sovia membela diri.
“Iya, iya maaf. Kalau belum selesai
bisa dilanjut nanti malam bund. Sudah mau maghrib, solat jama’ah dulu yuk” ajak
suami Sovia.
Sovia
hanya mengangguk menandakan ia setuju pada ajakan suaminya untuk solat
berjama’ah malam itu.
Usai
solat maghrib berjam’ah dan makan malam, Sovia ingin kembali melanjutkan
mengerjakan essay CGP. Meski ia kesal pada sore tadi, tetap saja batinnya
merasa tertantang untuk bisa menyelesaikan essay. Kembali dibukanya leptop yang
sedari sore belum juga beranjak dari meja ruang depan rumah Sovia. Sesaat
setelah Sovia menekan tombol power,
tiba-tiba anaknya datang menghampiri,
“Bunda
ko belajarnya tidak selesai-selesai sih” protes anak Sovia pada dirinya yang
kembali hendak menyalakan leptop.
“Bunda
masih ada pekerjaan, boleh tidak kalau bunda menyelesaikannya dulu sayang? Adek
boleh main disamping bunda ko.” Pinta Sovia pada anaknya itu.
“Boleh”
jawab anak Sovia singkat sembari memajukan sedikit bibir bawahnya itu yang
seolah terpakasa memberi ijin pada bundanya itu.
Sovia
pun kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terputus pada adzan maghrib
tadi.
Kali
ini Sovia melanjutkan pada soal ketiga, keempat dan kelima. Setelah dirasa
selesai menjawab kelima soal yang ada pada essay CGP, Sovia tak ingin
terburu-buru untuk mengirim dan mengklik telah tertidur di sampingnya bersama mainannya
yang tumpah ruah berserakan tak menentu. Melihat anaknya yang sudah lelap
mungkin karena kelelahan usai mainan itu, hatinya merasa sedih dan bersalah.
“Maafin
bunda ya nak, bunda sibuk dari tadi sampai kamu tertidur begini bersama
mainanmu” Sovia mengecup kening anaknya dan lekas membawanya masuk ke kamar.
“Ayah,
bunda boleh minta tolong tidak yah? Tolong essay yang sudah bunda ketik
dicekkan yah, siapa tahu ada kata yang kurang pas atau salah-salah katik.
Hhhee. Terima kasih ayah sayang” tutur Sovia seolah memaksa pada suaminya itu.
Suami
Sovia yang saat itu tengah menonton bola di televisi pun mengiyakan dan meraih
leptop untuk memenuhi permintaan istrinya itu. Namun Sovia sedikit kesal,
karena sudah hampir lima belas menit lamanya, rupanya meski leptop telah
dipegang sang suami namun pandangannya tetap kedepan memperhatikan kemana arah
bola ditendang. Sovia seolah meradang pada suaminya malam itu. Akan tetapi ia
tak bisa berkata banyak. Karena memang laki-laki ketika sudah menonton bola
maka perhatiannya akan terbagi pada bola.
“Ayahhhh”
panggil Sovia pada suaminya.
“Eh,
ia bund. Maaf maaf. Ini masih nanggung sebentar lagi selesai bund” ucap suami
Sovia
Sekesal-kesanya
Sovia pada suaminya, namun Sovia tetap bersyukur. Karena suaminya mau membantunya
dan juga mau diajak kerja sama.
Setelah
acara bola selesai, fokus suami Sovia pun beralih pada layar monitor leptop
yang ada di depannya. Suami Soviapun melaksanakan apa yang diminta Sovia.
Mengoreksi, memberi saran dan membetulkan jika ada yang salah pada isian essay
Sovia.
Malam
itu mata Sovia sudah mulai berat dan mengantuk. Ditahannya meski berat, karena
ia tak ingin meninggalkan suaminya terjaga seorang diri sementara ia tertidur
lelap.
“Sudah
bund. Terus langkah selanjutnya apa bund? Dikirim?” Tanya suami Sovia.
“Jangan
dulu yah, kirimnya besok saja. Bunda mau Tanya teman-teman bunda dulu yah”
jawab Sovia.
“Begitu?
Ok. Terserah bunda saja”
Sebelum
Sovia mengakhiri aktivitasnya dengan tidur, Sovia membuka smartphone miliknya
dan dilihatnya grup telegram miliknya, barang kai ada info yang belum ia lihat.
“Rupanya
banyak juga teman-teman yang belum selesai menjawab essay CGP. Ah, sudahlah. Jangan
buru-buru ah” gumam Sovia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar