Lanjutkan...
Sinar
mentari pagi itu tampak hangat di tubuh. Sovia berjalan pelan menikmati sinar
matahari yang mengenai tubuhnya di halaman sekolah. Dilihatnya bendera merah
putih berkibar menjulang tinggi pada tiang yang entah sudah berapa lama ia
berdiri tanpa pernah mengeluh lelah. “Langit pagi ini tampak indah, awan putih
rapih berjajar seolah tak ingin mengecewakan
semua yang memandangnya. Begitu terasa nikmat pagi ini. Hhmm” gumam
Sovia seorang diri.
Tiba-tiba
dari arah berlawanan seorang murid berlari dan menabrak Sovia yang sedang
berjalan hendak menuju kelas. Didapatinya ternyata Fahrul sedang berkejaran
dengan Rubi.
“Eh
maaf Bu Sovia. Saya dikejar Rubi Bu” tutur Fahrul sembari memgang tangan Sovia
meminta maaf.
“kalau
lari hati-hati Rul, lihat kanan kiri. Untung kamu tidak jatuh” sahut Sovia.
“Iya
Bu, eh Bu Sovia. Ibuku kemarin whatsap Bu Sovia si Bu. Ko Bu Sovia tidak balas”
tanpa rasa malu Fahrul menanyakan perihal pesan dari ibunya yang kemarin belum
dijawab oleh Sovia.
Sovia
yang saat itu tengah berdiri di depan Fahrul mengucapkan minta maaf karena
tidak langsung merespon pesan dari ibunya. Sambil memegang bahu Fahrul, Sovia
berkata,
“Fahrul
kemarin sudah salaman dengan hamdan belum?”
“Sudah
Bu”
“Kemarin
sudah saling memberi alasan kan, dan kalian juga sudah saling memaafkan. Ko
Fahrul masih bersikeras lagi dengan alasan Fahrul. Sekarang kita belajar
menjadi anak yang baik dan memaafkan kesalahan orang ya. Kalau sudah saling
memafkan, tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Bisa jadi nanti akan ada yang
tersinggung. Mau jadi anak yang baik? “ Tanya Sovia pada fahrul.
“Iya
Bu.” Jawab Fahrul seraya menganggukan kepala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar