Hari berhari ia lewati dengan harapan semoga lebih baik dari sebelumnya. Hari ini Sovia diminta oleh kepala sekolah untuk mengikuti rapat Pramuka Garuda di Korwil Kecamatan. Sovia pun menghadirinya dengan rasa senang. Kecintaannya pada pramuka telah lahir sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Sovia paling suka dengan kegiatan berkemah, mencari jejak dan lain-lain.
Sepanjang
perjalanan rapat hand phonenya terus saja bordering ada pesan masuk di grup
telegramnya. Ia pun mengsenyapkan nada agar tidak mengganggu peserta rapat yang
lain. Sesekali ditengoknya obrolan dalam grup telegramnya. Lagi-lagi anggota
grup membahas guru penggerak.
“Ini
kenapa saya ko dipertemukan dengan anggota grup yang membahas guru penggerak
ya. Ini grup orang satu Indonesia. Padahal nama grupnya “Siap PPPK Tahap II”, ketemu
peserta guru penggerak angkatan 3 juga disini. Itu apa sih, apakah guru Wiyata
Bhakti bisa ikut? Bukankah pemerintah selama ini selalu menomor satukan PNS?
Ahh sudahlah, sepertinya tidak penting.” Gumamnya seorang diri dalam hati.
Sovia
pun kembali fokus pada rapat yang ia ikuti. Ia tak ingin ketinggalan informasi
untuk anak didiknya juga untuk sekolahnya. ia dengarkan dengan penuh seksama
setiap kata yang diucapkan oleh sang pembicara.
“Assalammu’alaikum
Bu Sovia” tiba-tiba muncul suara pelan dari arah belakang. Segera ia
menegoknya, ternyata suara itu dating dari perempuan cantik berkaca mata.
Namanya Rina. Ia adalah sahabat Sovia sejak kuliah dulu.
“Bu,
ku dengar kau tidak ikut tes seleksi PPPK tahap I ya, kenapa bisa tidak bisa
ikut?”
“Ah,
sudahlah. Aku tidak mau mengingat apa yang sudah terjadi. Nanti aku sedih lagi,
kau mau melihat aku kembali meratapi nasibku?” jawa Sovia sambil meledek sahabatnya
itu.
“Iya
iya, maaf. Semangat ya, semoga tahap II lolos. Amin”
“Terima
kasih ya.” Jawab Sovia sembari tersenyum pada orang yang berdiri di sebelahnya
itu.
Siang
itu Sovia sangat lelah, ia meminta ijin kepada kepala sekolah untuk bisa pulang
lebih awal dari biasanya. Sesampainya di
rumah Sovia pun membaringkan dirinya pada kasur. Diraihnya pula bantal merah
miliknya. Hatinya kembali sedih teringat pertanyaan sahabatnya siang tadi. Rupa-rupanya
ia belum bisa move on dari seleksi PPPK tahap I. ia pun sadar bahwa
ia haruslah belajar lebih giat lagi mengingat seleksi PPPK tahap II dia akan
bersaing dengan mereka-reka yang telah mengantongi sertifikat pendidik. Segera diraihnya
pula buku lathan soal seleksi PPPK. Siang itu ia belajar sembari rebahan. Sepuluh
menit berlalu nampaknya rautan lelah diwajahnya tak bisa ia tutupi. Matanya pun
terpejam. Buku latihan soal pun tergeletak diatas kasur. Tanpa ia sadari bahwa
jam sudah sore pukul 15.00 wib. Suaminya yang baru saja pulang kerja merapihkan
buku latihan di dekatnya tertidur.
Senja
diufuk barat semakin tenggelam meninggalkan siang perlahan dan memerah. Bulan sabit
pun mulai muncul menyambut malam. Tak lupa Sovia menyiapkan makan malam bersama
keluarga tercintanya. Usai menikmati sajian makan malam, Sovia tiba-tiba
mendekati suaminya dan berkata,
“Yah,
jika saja bunda punya sertifikat pendidik. Pasti bunda bisa tenang karena nilai
tes auto 100% untuk teknis ya yah?
“Bunda
syukuri saja, artinya bunda harus berusaha sungguh-sungguh tidak hanya
mengandalkan serdik seperti mereka yang sudah punya. Kalau sudah rejeki percayakan
saja pada yang Kuasa”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar