Senin, 13 Februari 2023

Novel Februari Ceria Hari ke-5 "Sebuah Perjalanan Yang mereka Sebut Guru penggerak"

 

KEGUNDAHAN HATI

Meski sudah mencurahkan isi hatinya pada sang suami, hatinya terkadang sesekali masih sedih. Tak jarang pula Sovia meneteskan air mata ketika melihat pengumuman bahwa dirinya belum dinyatakan sebagai peserta seleksi PPPK tahap satu. Setiap ia bersedih ia kembali teringat pada wejangan sang suami yang mengatakan bahwa dirinya haruslah ikhlas pada setiap apa yang Tuhan berikan. Tuhan pasti sedang menyiapkan sesuatu yang indah untuk dirinya. Tak mudah memang untuk dirinya berdamai dengan hatinya. Namun ia merasa bahwa ini mungkin sudah bagian dari takdirnya. Setiap ia bersedih ia berusaha untuk terus beristigfar agar tak memiliki perasaan buruk pada Tuhan yang telah menciptakan dan mengatur setiap jengkal waktu yang ada.

Ia mencoba berdamai pada dirinya, Sovia berfikir mungkin Tuhan telah marah padanya, mungkin saja ibadahnya selama ini kurang pada-Nya, mungkin juga ia kurang sedekah. Diraihnya sebuah tasbih digital, mulutnya mencoba membaca dzikir dan sholawat, “siapa lagi yang bisa mengobati hati ini jika bukan diri sendiri”. Begitu gumamnya dalam hati. Dengan berdzikir ia menjadi lupa akan kesedihannya itu. Sejak sesekali ketika ia tengah berhenti membaca dzikir, ia tengok handphone miliknya. Telegram adalah aplikasi yang saat ini memang sering ia kunjungi setalah whatsap dan instagram. Dari ketiga aplikasi itulah ia selalu berusaha terus mengikuti berita update tentang seleksi PPPK.

“Assalammu’alaikum, selamat siang ibu. Perkenalkan saya Hasna dari Jepara. Sepertinya saya memiliki kisah yang sama seperti ibu. Guru honorer SD negeri, terdaftar di dapodik tapi tidak bisa mengikuti seleksi PPPK tahap 1. Apakah ibu sudah punya solusi dari masalah ibu?” tiba-tiba ada pesan masuk dari sesama pengguna telegram dan tampaknya ia juga anggota grup “Siap PPPK Tahap II”

“Wa’alaikumsalam, iya Bu Hasna. Salam kenal Bu, Saya Sovia dari Pekalongan. Sementara saya belum ada solusi Bu, sudah konsultasi ke Dinas katanya saya harus mengikuti apa yang tertera dari Panselnas bu. Ibu sendiri bagaimana?” jawab Sovia pada sosok yang belum begitu ia kenal.

Obrolanpun berlanjut. Keduanya saling bercerita juga saling menguatkan satu sama lain. Dari obrolan tersebut juga berdasar tanya sana sini, keduanya mengambil kesimpulan, mungkin jawaban mereka tidak bisa ikut seleksi PPPK tahap 1 adalah karena alasan mutasi dan mereka memilih formasi di sekolah induk yang baru. Hal ini dilakukan karena secara administrasi keduanya memang telah melakukan mutasi dan secara dapodik semuanya sudah dipindahkan di sekolah yang baru oleh operator dinas kabupaten setempat. Sementara data yang digunakan oleh SSCASN adalah data per-sebelum keduanya melakukan mutasi. Tak banyak yang tahu memang tentang semua ini. Yang mengalami kisa seperti Sovia dan Hasna pun masih banyak lagi. Mereka bertemu di grup telegram dan saling mencari update info.

Sovia sudah ikhlas, dilaluinya aktifitasnya sebagai guru. Berusaha tersenyum dan menyembunyikan kesedihanya. Tasbih digital tak pernah lepas dari jemarinya. Solat malam pun terus ia lakukan. Berusaha mendekat dan terus bermunajat pada yang kuasa.

Sesaat keika jam istirahat, Sovia membuak sebuah aplikasi di handphonenya. Kali ini facebooklah yang ia buka. Entah bagaimana, tiba-tiba tangannya berhenti mengusap layar sentuh androitnya. Sebuah tulisan singkat membuatnya terdiam sejenak.

“Perbaikilah solatmu, maka Allah akan memperbaiki hidupmu”

Begitulah sebuah salah satu update status dari salah satu temannya di facebook. Sebuah pesan singkat yang sangat  mengena baginya saat ini. ia sejenak merenungkan diri, mencoba mengaitkan kalimat itu pada dirinya sendiri.

“Ya, mungkin memang ibadahku belum benar, Allah ingin aku lebih dekat dengannya. Apa yang terjadi padaku saat ini tak luput dari pengawasannya sebagai pencipta. Aku harus memperbaiki solatku, maka Allah pun akan memperbaiki hidupku. Terima kasih ya Allah, engkau menyadarkan ku hari ini. mungkin saja ini teguran dari Mu untukku. Jika aku bisa ikut seleksi PPPK tahap 1 dan lolos, mungkin aku akan menjadi manusia yang sombong. Karena aku harus bersaing mengalahkan rekan dan memperebutkan satu peluang dengan kakak seniorku Bu Ira yang lebih lama mengabdi dari aku. Dan jika aku bisa ikut seleksi tahap 1 tapi tidak lolos, mungkin saja diriku akan menjadi manusia yang lebih buruk dari hari ini. Hidup memang semua adalah misteri. Mutasi memanglah pilihan yang tepat, dari pada aku dan Bu Ira harus bersaing meperebutkan satu peluang yang sama. Kami tak ingin saling menyaingi, kami berdua ingin sama-sama lolos dan menjadi manusia yang beruntung tahun ini, hanya saja cara Allah lebih unik dan indah untuk dinikmati. Pasti ada hikmah dari setiap ujian” begitu gumamnya dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 11.45 wib. Suara adzan dhuhur mulai berkumandang seolah saling berlomba antar masjid ke masjid memanggil para kaum muslim untuk menunaikan ibadah solat dhuhur. Bu Azmi, guru senior di sekolah Sovia mengajak dirinya untuk pergi ke mushola sekolah untuk menunaikan solat. Sovia yang saat itu tidak masuk kelas karena jam mapel agama pun mengiyakan ajakan Bu Azmi.

“Saya lihat sepertinya Bu Sovia ko lesu, apakah Bu Sovia sakit? “ tanyanya seraya menggandeng tangan Sovia kala itu.

“Tidak Bu Azmi, saya baik-baik saja bu. Hanya saja memang seperti lagi lemes Bu, heeee”

“Bu Sovia puasa?” tanyanya kembali untuk yang kedua kalinya.

“Tidak Bu” jawab Sovia singkat sambil tersenyum manis.

“Kita solat yuk, kalau sudah solat hati kita akan tenang. Mau aktifitas apapun juga tenang. Karena kewajiban kita sudah dilaksanakan. Tapi perlu kita ingat, solat jangan dilakukan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Tapi lebih untuk beribadah dan mendekat pada Allah” begitu pesan Bu Azmi pada Sovia, sosok ibu yang usianya terpaut 20 tahun lebih diatasnya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Februari Ceria hari Ke-28 "Sebuah perjalanan Yang Mereka Sebut Guru Penggerak"

  PENGUMUMAN SELEKSI TAHAP II Desis angin malam itu terasa dingin seolah menusuk tulang masuk menembus melalui lubang jendela rumah Sovia....